Kamis, 25 Januari 2024
KETIKA PESTA ES KRIM DI SEKOLAH MINGGU
Sabtu, 20 Januari 2024
KAMPUNG SAWAH, BESITANG
Gereja di Kampung Sawah, Besitang |
Bangunan gereja masih sederhana (bangunan baru di foto saat itu belum ada). Mereka menamakan rumah belajar tersebut "BSB" kepanjangan dari "Belajar Sambil Bermain." Buku-buku bacaan anak diperoleh dari sumbangan buku anak milik pribadi, sumbangan dana dari Kak Evi Hutahean (teman kak Elsa), dan juga sempat mendapat bantuan dari teman dari Jakarta. Rak buku dibuat sendiri oleh Amang Sintua Manalu yang penuh semangat agar anak-anak memiliki tempat penyimpanan buku.
![]() |
Rak buku sederhana buatan Amang Sintua Manalu |
Pemuda-pemudi secara sukarelawan mengajar adik-adik mereka untuk les pelajaran gratis. Minat anak-anak untuk membaca dan belajar meningkat. Cita-cita mereka tidak pasrah saja. Beberapa anak punya tekad untuk menjelajahi daerah lain untuk mencoba hal-hal baru yang berbeda. Naposo (pemuda) dan Amang Sintua sebagai pendamping anak-anak BSB
![]() |
Kelas 3-4 SD |
Anak kelas 5-6 SD yang minta difoto |
"Inang, kami mau difotolah" |
Sekian tahun kemudian, beberapa anak yang kini tumbuh dewasa beberapa kali menyapa lewat facebook. "Inang, apa kabar? Ini aku si.......". Ada yang mengingatku karena aku pernah bercerita melalui boneka di gereja mereka. Ah, melihat mereka kini dewasa dan bahkan sudah memiliki anak, aku mengenang masa lalu dengan mereka sebagai bagian yang indah. Kami bertumbuh bersama. Terima kasih sudah menjadi bagian dari kehidupanku. π
Cerita dibalik kegiatan: Saat itu aku menjadi guru Kindergarten di suatu Sekolah National plus di Medan. Biasanya di akhir pekan, aku ke Kampung Sawah, Besitang. Perjalanan hampir 4 jam (aku naik angkot dan rumahku berada di ujung juga) dan harus naik ojek atau dijemput di simpang melewati jalan-jalan kebun yang belum diaspal. Akhirnya dapat bonus, aku sakit gejala tipus lagi. π
Selang beberapa waktu kemudian, kegiatan literasi anak di Kampung Sawah berhenti karena pergantian pemimpin gereja. Sedihnya kami...Perlunya pemimpin yang mempunyai visi yang mendukung anak-anak bertumbuh di gereja. Kasihan anak-anak itu karena buku-buku itu tidak boleh dipajang dan anak-anak tidak bisa membaca lagi di gereja.
Kondisi kelas saat itu |
SD Negeri di Kampung Sawah, tahun 2008 |
Foto di atas adalah kondisi kelas di SD Negeri yang ada di Kampung Sawah itu. Terbayang kan kondisi pendidikan di sana.
Cerita dibalik kegiatan: Saat itu aku menjadi guru Kindergarten di suatu Sekolah National plus di Medan. Biasanya di akhir pekan, aku ke Kampung Sawah, Besitang. Perjalanan hampir 4 jam (aku naik angkot dan rumahku berada di ujung juga) dan harus naik ojek atau dijemput di simpang melewati jalan-jalan kebun yang belum diaspal. Akhirnya dapat bonus, aku sakit gejala tipus lagi. π
Selang beberapa waktu kemudian, kegiatan literasi anak di Kampung Sawah berhenti karena pergantian pemimpin gereja. Sedihnya kami...Perlunya pemimpin yang mempunyai visi yang mendukung anak-anak bertumbuh di gereja. Kasihan anak-anak itu karena buku-buku itu tidak boleh dipajang dan anak-anak tidak bisa membaca lagi di gereja.
Sabtu, 24 September 2022
PERJALANAN KE KAMPUNG NGIANGANDI
Di kampung ini ada “Rumah Belajar Ngiangandi” yang didirikan oleh Yoanita. Saat memulainya, ia tinggal di salah satu rumah jemaat tempat ia vikaris. Mengenai ini, aku sudah pernah ceritakan sebelumnya. Di Kampung Ngiangandi ini pemeluk agama Marapu dan agama Kristen hidup berdampingan dengan damai.
24 September 2022