Tampilkan postingan dengan label rumah belajar PILAR. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label rumah belajar PILAR. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 07 September 2019

Merayakan bulan kelahiran bersama

Bersama dua anak asuh Rumah Belajar PILAR, aku pun menyempatkan waktu untuk berjalan-jalan bersama Dian dan Luhut. 
"Ada acara apa, bun?" tanya mereka.  
"Merayakan ulang tahun Dian bulan Agustus ini. 'Kan kita sama bulan kelahirannya", kataku sambil melirik Dian yang tersenyum senang. 
"Iya, bun, makasih bun", kata Dian.




Dian anak yang cenderung pendiam, tetapi ia cukup rajin membantu sewaktu Rumah Belajar Pilar masih aktif. Dian dan Luhut, abangnya yang kini sudah tamat SMK adalah dua dari anak-anak asuh PILAR.  

Hari Sabtu itu, 31 Agustus, kami pergi menonton film, main games di Amazone dan makan bersama ambil menikmati es krim. Semoga pengalaman ini memberi smeangat bagi mereka untuk maju dan meraih cita-cita yang tinggi. Setidaknya mereka tahu, ada orang-orang yang peduli ke mereka meski mereka bukan saudara atau keluarga.




Kamis, 24 Oktober 2013

Rumah Belajar


Catatan Juni 2012
Tentang NUEL
Ini tentang Nuel, salah seorang anak asuhku.
Anaknya termasuk rajin mengerjakan pekerjaan rumah. Uniknya, setiap kuberi komentar untuk pekerjaannya, dia akan membalas, misalnya:
Bagus Nuel,. Iya kak;
Belum selesai Nuel? Maaf kak;
Lengkapi lagi Nuel. Iya kak

Tugas1: membuat cerita Minyak seorang janda

Pentaskosta

Sida-sida dari Etiopia

Senin, 29 Juli 2013

Gerak dan lagu anak "Kita yang kecil, tidak terpencil"


Medan, 12 Juli 2013 07.02 pm

Pada hari Jumat ini, anak-anak Rumah Belajar PILAR belajar tentang gerak dan lagu. Lagunya sendiri telah dipelajari dan mereka sudah hapal ayat 1. Lagu ini diambil dari Kidung Ceria. Kira-kira begini kata-katanya:

Kita yang kecil, tidak terpencil
Yesus kawan setiawan, kita ditemaninya

Nah, supaya anak-anak bisa mengingat, mereka dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu: Kelompok Anak Laki-laki dan Anak Perempuan. Tiap kelompok harus membuat gerakan yang kompak dan indah. Kelompok yang kompak yang akan menjadi pemenangnya. Berikut ini video kelompok anak perempuan yang dipimpin Febiola.



Berikut ini video kelompok anak laki-laki yang dipimpin oleh Riko.

Setelah melihat dan membandingkan  dua video di atas, kita pasti sudah bisa tahu kelompok yang menjadi pemenangnya. Selamat!!

Minggu, 21 Oktober 2012

Rumah Belajar PILAR

Games "Tinggi rendah"

Catatan Oktober 2012

Kali ini anak-anak diminta untuk berdiri dari yang paling tinggi ke paling rendah/pendek. Kelompok anak dibagi dua menjadi kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Nah, kelompok yang paling cepat berkoordinasi dan rapi, mereka yang menjadi pemenangnya.

Kelompok anak perempuan berbaris rapi




Catatan  Sabtu, 21 September 2013
Bulan ini ada 2 anak dari kleas Pra-Remaja yang berulang tahun, yaitu Peres (19 September) dan Luhut (21 September). Keduanya sama-sama berusia 12 tahun. Bedanya, Peres masih duduk di kelas 6 Sd, sementara Luhut sudah duduk di kelas 1 SMP.

Di pertemuan Sabtu itu, kami membuat perayaan kecil dengan kue ulang tahun. Dan semakin lengkap dengan listrik mati!!. Jadilah acara tiup lilin di tengah keremangan malam dengan lilin sebagai penerang. Untungnya, itu tidak mengurangi kebahagiaan kami. Luhut dan Peres sangat senang ketika memberikan potongan kue pertama mereka ke Opung. Mereka hanya menyuapi opung boru berhubung Opung Doli yang masih menjaga makanan karena sakit diabetesnya. Tetapi kami semua sangat senang merayakan ulang tahun tersebut dan berdoa untuk harapan mereka. Itu intinya. :-)
Peres memotong kue ulang tahun
Luhut, koq merem gitu ya? :-)
Di hari ulang tahun Peres dan Luhut, ku berdoa agar harapan dan cita-cita mereka dapat terkabul. Kesuksesanmu adalah kebahagianku, nak. Itu harapan seorang pendidik. Bless u


Selasa, 07 Agustus 2012

Surat buat Tuhan oleh anak murid PILAR

Catatan 3 Juni 2012

Pada bulan Juni ini, anak-anak mendapatkan tugas menulis surat buat Tuhan. Jika dibaca, akan tampak beberapa anak yang menulis curahan hatinya. Angel bercerita tentang kesedihan dan ketakutan telah ayahnya baru meninggal beberapa minggu yang lalu.

Beberapa surat yang dibuat oleh anak-anak, yaitu: Angel, Luhut, Luter, Indah, Ola, Riko.

Surat Angel (kelas 4 SD), dia baru saja kehilangan ayahnya yang meninggal belum lama ini.
Surat Riko ( kelas 1 SMP)

Surat Luhut (kelas 5 SD)

Surat Sere (kelas 1 SMP)

Surat Indah (kelas 5 SD)

Surat Nuel (kelas 3 SD)

Sabtu, 24 Maret 2012

Mula-mula merasa jijik..(belajar dari pembasuhan kaki)


Catatan kecil, 16 Maret 2012
(Catatan kecil ini dimaksudkan untuk menuliskan cerita-cerita khusus yang ingin dikenang dan juga sebagai upayaku untuk menulis cerita dengan baik. Kali ini catatan kecilku berkisah tentang anak-anak yang belajar dari Yesus yang mau membasuh kaki. Mereka belajar tentang rendah hati dan melayani. Tidak mudah mengajarkan hal tersebut tapi kali ini dicoba dengan "Pembasuhan Kaki")


Seperti biasa, hari Jumat sore mulai pukul 6 sore, kami memulai belajar seperti layaknya kelompok PA. Semakin banyak anak yang datang belajar di garasi kami ini. Dan, saat itu ada 27 anak yang hadir. "Semoga memang motivasinya untuk belajar," harapku dalam hati.
Hari itu memang tidak terlalu sibuk mempersiapkan atau memperbanyak kegiatan anak seperti biasanya. Menurut rencana, kami akan belajar tentang Yesus  membasuh kaki para murid. Mula-mula satu ember yang kusiapkan beserta lap handuknya. Sebelum bercerita, aku berperan seperti pembantu lengkap dengan celemek. Seketika anak-anak tertawa melihat penampilanku. “Ah, cuek aja, jalan terus, “pikirku.

Lalu kutanyakan ke mereka tentang apa yang dilakukan pembantu. Rasanya tak mungkin menanyakan siapa yang punya pembantu, atau siapa yang tau apa saja yang dikerjakan pembantu/hamba karena kehidupan ekonomi keluarga anak-anak itu cukup-cukup saja, bahkan kurang. Cukup kurang dan cukup pas, maksudnya. Mereka pun tentu sulit membayangkan pembantu/hamba. Kumulai dengan penjelasanku tentang pembantu dan tugas-tugasnya. Duh, kayaknya kurang ‘nendang penjelasannya. Kubandingkan, seorang raja yang biasanya mau dilayani dan orang yang melayani keperluannya, termasuk membersihkan kaki dalam tradisi orang Yahudi. Lalu aku tanya, adakah yang mau kalau orang harus membersihkan kaki tamu atau temannya yang datang? “Isssh, ‘gak maulah, kak”, hampir serempak mereka menjawab. “Enak ajalah dia” kata Peres. Lalu kutunjukkan gambar Yesus yang membasuh kaki para murid-Nya (gambar diambil dari buku Yesus Sahabatku dan Rajaku yang kususun dengan beberapa penulis). Kuceritakan tentang Yesus yang membasuh kaki para murid. 
Yesus memabsuh kaki-gambar dari buku Yesus Sahabatku dan Rajaku-Lentera Kasih


Kupanggil beberapa anak yang termasuk besar, termasuk Peres, Riko, Luhut. Kuminta mereka duduk di lantai dan kubasuh kaki mereka satu persatu. Sementara membasuh kaki, anak-anak lain berkata, “Isssshhh, bau-lah; enak kali orang  si Peres ya,” dan beberapa komentar lainnya dari anak-anak. Lalu, kuminta Peres, dkk memanggil teman-temannya yang ingin mereka basuh kakinya. Mereka  memanggil Nuel, Luter, Andika, dll. Setelah selesai, Luter, dkk  memanggil teman mereka yang belum dibasuh kakinya. Demikianlah semua anak mendapat giliran dibasuh dan membasuh  kaki temannya sampai akhirnya semua anak (termasuk anak kecil) mendapat giliran. Mula-mula beberapa anak tampak canggung, merasa jijik, ‘gak mau membasuh dan main-main (tidak serius). Tapi, lama kelamaan ada juga yang tampak kusyuk dan telaten membersihkan kaki temannya mulai dari lutut sampai ke jari-jari kaki.   
Semula mereka masih main-main, lama-lama mereka serius membasuh kaki temannya

Di akhir pertemuan, kutanyakan kembali apa yang mereka rasakan ketika membasuh kaki orang lain? Indah (kelas 5 SD) berkata:” Pertama-tama, gak mau kak. Ya, baulah kaki orang. Tapi kemudian jadi malu. Tuhan Yesus aja mau membersihkan kaki.” Risma (kelas 6 SD) mengatakan, “ Koq mau Tuhan Yesus membersihkan kaki orang ya?” Samuel (kelas 6 SD) , Pertama, gak mau kak, soalnya gak pernah” Rico (kelas 1 SMP), “ Jadi belajar seperti Tuhan Yesus, mau melayani.”


Buat mereka semua, ini pengalaman pertama bagi mereka membasuh kaki orang lain. Mula-mula bilang "Issssssssssh" waktu melihat pembasuhan kaki, lama-lama anak-anak itu jadi belajar tentang rendah hati dan melayani.

Belajar dari yesus untuk menjadi rendah hati dan melayani


Selasa, 23 Agustus 2011

Ketika Opung bercerita......

Aku memulai kelas  “Sekolah Minggu”  pada awal bulan Agustus, setiap hari Jumat pukul 6 sore-selesai. Sasarannya anak-anak di sekitar rumah. Kelas yang sedang memasuki minggu ke-3 ini diadakan di garasi rumah yang memang kosong (dan entah kapan terisi lagi ha..hahah…ha). Anak-anak semakin rajin datang dan senang dengan kegiatan itu.

Tapi hari ini (19/8), aku harus pergi ke Siantar karena melayat orangtua teman yang meninggal. “Moga-moga masih bisa terkejar tiba di rumah jam 6,” pikirku. Aku sudah menyiapkan beberapa buku dan pesan buat mama yang biasa dipanggil “Opung Hasibuan”  agar anak-anak yang datang bisa membaca buku-buku sembari  menunggu kedatanganku yang kuperkiraan terlambat hanya beberapa menit. Meski sudah berangkat jam 2 dari Siantar, ternyata kemacetan di kota Medan semakin melengkapi keterlambatanku. Berusaha naik becak motor agar terkejar, aku sampai juga jam 6 lewat 10 di rumah.

“Koq sepi? Apa anak-anak tidak datang ya? Kalau mereka datang, koq tidak terdengar suara ribut-ribut nih?” tanyaku dalam hati.  Ketika masuk garasi, aku lebih kaget lagi. Anak-anak berkumpul dan sedang duduk manis.

Ternyata oh… ternyata mereka sedang tekun mendengarkan Opung Hasibuan yang bercerita sambil memegang buku Nabi Musa. Hebat, ternyata Mama lebih jago bercerita, buktinya anak-anak malah bisa lebih tenang. Opung punya  bakat BERCERITA terpendam yang bisa diolah nih. Lebih senangnya lagi kalau ada wajah-wajah baru yang datang hari ini. Biasanya yang hadir ada 14-15 anak, namun hari ini ada 20 anak.  Puji Tuhan!!