Little Prince Le Petit Prince
Penulis: Antoine De Saint-Exupéry
Ilustrasi:
Antoine de Saint-Exupery
Alih Bahasa:
Henri Chambert-Loir
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Isi/Ukuran:
120 halaman; 20 cm
ISBN:
978602039824-1
Cetakan 1:
Desember 2011
Cetakan 14:
Desember 2019
‘’Growing
up is not the problem, forgetting is.''
Buku ini termasuk buku yang
paling banyak diterjemahkan di dunia. Versi indonesia pada buku ini adalah
versi ke 2 dengan alih bahasa berbeda. Ini bukan buku cerita untuk anak-anak
meski tokoh utamanya adalah anak-anak. Buku ini menceritakan tentang seorang
pilit yang pesawatnya kandas di padang gurun Sahara. Sang pilot berusaha untuk
memperbaiki pesawatnya agar bisa kembali ke asalnya. Ketika itu ia bertemu
dengan Pangeran Cilik. Pertemuan pertama, si pangeran cilik malah meminta untuk
digambarkan seekor domba.
Pangeran Cilik sudah bertemu dengan enam orang yang tinggal di asteorid
berbeda-beda. Pertama, raja yang suka memerintah, Kedua, seorang sombong yang selalu ingin dikagumi. Ketiga, seorang
pemabuk yang minum karena ingin melupakan, melupakn karena merasa malu, malu
karena minum. Empat, seorang pengusaha yang selalu sibuk sampai tidak bisa
mengangkat kepalanya ketika Pangeran Cilik tiba. Lima, penyulut lentera yang
hanya melakukan aturan untuk memadamkan dan menyulut lentera. Enam, seorang bapak
tua yang menulis buku-buku yang mahatebal. Dari pertemuan ini, Antoine sedang
memberikan renungan atau tepatnya kritik terhadap kehidupan orang dewasa. Apa
saja sih kritik tersebut? Bacalah maka kau akan temukan...
Dari pertemuan ini, ada percakapan-percakapan metafora muncul dan
menjadi semacam refleksi atau renungan untuk orang dewasa. Pun pertemuannya
dengan ular, rubah dan setangkai mawar menjadi percakapan reflektif yang bermakna
jika kita bisa menangkap maksud si penulis.
Ada beberapa kutipan yang menarik dari buku ini. Misalnya:
''Mengadili diri sendiri lebih sulit daripada mengadili orang lain. Jika
kamu berhasil, berarti kamu betul-betul orang bijaksana.’’ (Antoine: hal. 47). Pesan
rubah kepadanya, ’’Hanya lewat hati kita melihat dengan baik’’ (Antoine:hal.88)
Pantas saja buku ini luar biasa.
Konon pernah disadur ke dalam 230 bahasa asig, termasuk Indonesia.