Aku memulai kelas “Sekolah Minggu” pada awal bulan Agustus, setiap hari Jumat pukul 6 sore-selesai. Sasarannya anak-anak di sekitar rumah. Kelas yang sedang memasuki minggu ke-3 ini diadakan di garasi rumah yang memang kosong (dan entah kapan terisi lagi ha..hahah…ha). Anak-anak semakin rajin datang dan senang dengan kegiatan itu.
Tapi hari ini (19/8), aku harus pergi ke Siantar karena melayat orangtua teman yang meninggal. “Moga-moga masih bisa terkejar tiba di rumah jam 6,” pikirku. Aku sudah menyiapkan beberapa buku dan pesan buat mama yang biasa dipanggil “Opung Hasibuan” agar anak-anak yang datang bisa membaca buku-buku sembari menunggu kedatanganku yang kuperkiraan terlambat hanya beberapa menit. Meski sudah berangkat jam 2 dari Siantar, ternyata kemacetan di kota Medan semakin melengkapi keterlambatanku. Berusaha naik becak motor agar terkejar, aku sampai juga jam 6 lewat 10 di rumah.
“Koq sepi? Apa anak-anak tidak datang ya? Kalau mereka datang, koq tidak terdengar suara ribut-ribut nih?” tanyaku dalam hati. Ketika masuk garasi, aku lebih kaget lagi. Anak-anak berkumpul dan sedang duduk manis.
Ternyata oh… ternyata mereka sedang tekun mendengarkan Opung Hasibuan yang bercerita sambil memegang buku Nabi Musa. Hebat, ternyata Mama lebih jago bercerita, buktinya anak-anak malah bisa lebih tenang. Opung punya bakat BERCERITA terpendam yang bisa diolah nih. Lebih senangnya lagi kalau ada wajah-wajah baru yang datang hari ini. Biasanya yang hadir ada 14-15 anak, namun hari ini ada 20 anak. Puji Tuhan!!
Tapi hari ini (19/8), aku harus pergi ke Siantar karena melayat orangtua teman yang meninggal. “Moga-moga masih bisa terkejar tiba di rumah jam 6,” pikirku. Aku sudah menyiapkan beberapa buku dan pesan buat mama yang biasa dipanggil “Opung Hasibuan” agar anak-anak yang datang bisa membaca buku-buku sembari menunggu kedatanganku yang kuperkiraan terlambat hanya beberapa menit. Meski sudah berangkat jam 2 dari Siantar, ternyata kemacetan di kota Medan semakin melengkapi keterlambatanku. Berusaha naik becak motor agar terkejar, aku sampai juga jam 6 lewat 10 di rumah.
“Koq sepi? Apa anak-anak tidak datang ya? Kalau mereka datang, koq tidak terdengar suara ribut-ribut nih?” tanyaku dalam hati. Ketika masuk garasi, aku lebih kaget lagi. Anak-anak berkumpul dan sedang duduk manis.
Ternyata oh… ternyata mereka sedang tekun mendengarkan Opung Hasibuan yang bercerita sambil memegang buku Nabi Musa. Hebat, ternyata Mama lebih jago bercerita, buktinya anak-anak malah bisa lebih tenang. Opung punya bakat BERCERITA terpendam yang bisa diolah nih. Lebih senangnya lagi kalau ada wajah-wajah baru yang datang hari ini. Biasanya yang hadir ada 14-15 anak, namun hari ini ada 20 anak. Puji Tuhan!!