Selasa, 23 Agustus 2011

Ketika Opung bercerita......

Aku memulai kelas  “Sekolah Minggu”  pada awal bulan Agustus, setiap hari Jumat pukul 6 sore-selesai. Sasarannya anak-anak di sekitar rumah. Kelas yang sedang memasuki minggu ke-3 ini diadakan di garasi rumah yang memang kosong (dan entah kapan terisi lagi ha..hahah…ha). Anak-anak semakin rajin datang dan senang dengan kegiatan itu.

Tapi hari ini (19/8), aku harus pergi ke Siantar karena melayat orangtua teman yang meninggal. “Moga-moga masih bisa terkejar tiba di rumah jam 6,” pikirku. Aku sudah menyiapkan beberapa buku dan pesan buat mama yang biasa dipanggil “Opung Hasibuan”  agar anak-anak yang datang bisa membaca buku-buku sembari  menunggu kedatanganku yang kuperkiraan terlambat hanya beberapa menit. Meski sudah berangkat jam 2 dari Siantar, ternyata kemacetan di kota Medan semakin melengkapi keterlambatanku. Berusaha naik becak motor agar terkejar, aku sampai juga jam 6 lewat 10 di rumah.

“Koq sepi? Apa anak-anak tidak datang ya? Kalau mereka datang, koq tidak terdengar suara ribut-ribut nih?” tanyaku dalam hati.  Ketika masuk garasi, aku lebih kaget lagi. Anak-anak berkumpul dan sedang duduk manis.

Ternyata oh… ternyata mereka sedang tekun mendengarkan Opung Hasibuan yang bercerita sambil memegang buku Nabi Musa. Hebat, ternyata Mama lebih jago bercerita, buktinya anak-anak malah bisa lebih tenang. Opung punya  bakat BERCERITA terpendam yang bisa diolah nih. Lebih senangnya lagi kalau ada wajah-wajah baru yang datang hari ini. Biasanya yang hadir ada 14-15 anak, namun hari ini ada 20 anak.  Puji Tuhan!!

Kamis, 11 Agustus 2011

Terucap.Terjadi (kisah dari seorang teman, Olin).


von Trifena Caroline Manurung, Mittwoch, 3. August 2011 um 21:33

"Adik-adik, siapa yang bisa ingat cerita minggu lalu yang dibawain kak Vina?"
Semua berebut mengacungkan telunjuk. Tapi begitu ditanya eh .... diam!!!
Duh, terus terang aku maluuuuu banget sama kak Vina.
"Itu loh adik-adik yang ada hari pertama, kedua,sampai keenam."
Anak-anak mulai menjawab. Lambat-lambat.
"Oh, yang ada matahari yah Te (cat: anak-anak memanggil tante untuk guru sekolah minggu mereka)? Ada bulan, bintang, gitu?"
Harapanku mulai bertumbuh. "Iya adik-adik. Nah, siapa yang berani ke depan menceritakannya kembali yok??"

Tidak ada yang berani. Tapi di antara semua telunjuk yang teracung, Putra masih memasang muka serius. Dia adalah anak yang paliiiiing buandel sekali di Starban. Paling sering maen tangan, maen kaki, menggara-garain teman, suka cabut semaunya, iiiih ngejengkelin benar kadang-kadang. Tapi dia cakep loh hihihihi jadi kalo marahin Putra kita suka senyum sendiri.

"Ayo, dek, maju yok." Putra pun maju. Nah, kalau di kesempatan seperti ini nih dia baru tenang. Biasanya yang paling ribut sekarang cuma bisa menunduk.
Dan diam. Satu, dua, tiga...bah aku mulai tak sabar. Di luar langit sudah gelap. Ini harus dipercepat.
"Putra bisa ceritain apa yang jadi firman minggu lalu?"

"Ada ikan, ada burung,ada cakrawala (hebat dia bisa ingat kata itu), ada manusia"

"Trus?"

Diam. Diam. Diam...Beghhhh...Aku berpandangan dengan kak Vina. Aduh kak Vina...harap maklumin yah anak-anak Starban ini ...

Saatnya menyerah. Aku berdiri, bersiap menyelesaikan pertanyaan ini untuk Putra dengan memberi kilas balik cerita minggu lalu. Mana peraga sudah susah payah dikerjakan, naskah dicari ke mana-mana tapi yah....apa memang cerita itu tidak ada melekatkah sama mereka? Sediiih.

Ketika hendak angkat bicara, ucapan itu meluncur dari mulut Putra.
Diucapkan jelas, jernih.

Putra : "  Cerita minggu lalu adalah...SEMUA YANG DIUCAPKAN ALLAH JADI"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Habis kata.
Pernyataan iman seorang Putra yang pasti menyukakan hati-Nya. Aku bahkan tertegur sendiri. Semua buku panduan kreatif sekolah minggu, cara menyampaikan cerita dengan baik, semua lewaaaat ketika seorang anak kecil membuka hatinya. Meski ia bandal sekalipun tidak boleha da kata menyerah dalam kamus seorang guru sekolah minggu. Sebab Dia yang turut mengerjakannya.
Aku merasa, sore semalam, aku yang jadi anak sekolah minggu, dan Putra yang menjadi gurunya..
Terima kasih Putra.
Terima kasih Bapa. Terucap JanjiMu. Terjadi KehendakMu.
Amin.
 ...................................

Gereja-nya Caroline memiliki pelayanan anak sekolah minggu di Starban yang diadakan setiap hari Selasa, pukul 06.00 sore.  Wilayah Starban sendiri adalah pemukiman masyarakat kelas bawah dan umumnya didominasi kelompok keluarga ekonomi kecil, misalnya: penarik becak, pemulung dsb. Pada tanggal 26 Juli 2011, aku membantu Caroline dalam bercerita untuk anak-anak di sana. Tema yang kuambil adalah tentang "Allah Mencipta" dengan menggunakan metode bercerita Membaca Alkitab dengan Mata Anak. 
Saat bercerita "Allah Mencipta"
Pada minggu berikutnya, Caroline bertanya kepada anak-anak kilas balik cerita tersebut. Kisah di atas adalah tulisan Caroline tentang perasaannya pada saat anak-anak merespons cerita minggu lalu.Putra, salah satu anak yang termasuk suka ribut malah memberi jawaban yang mengagungkan. Ternyata, ia malah mengingat tema penting dari cerita tersebut. Seorang anak mampu mengingat hal mendalam dengan cara yang tak terduga. Mengangumkan