Senin, 24 Juni 2013

Trondheim yang tak terlupakan (Trondheim part 1)

Tampak dari jauh, fjord
Catatan 14-17 Juni 2013
Aku berkesempatan untuk mengunjungi kota Trondheim. Wow, sangat indah dan tak terlupakan. Kota ini begitu tenang. Penduduknya mungkin hanya 100.000-an orang saja. Bayangkan dengan kota Medan yang begitu padat dan ramai. Kabarnya penduduk Medan sudah hampir 10 juta. Macet pula sekarang ini. Bah!!

Sekali lagi aku seperti menemukan kota impianku setelah kota Koblenz. Tenang, hijau, rapi dan bersih. Saat itu musim panas dan banyak pemandangan indah yang tampil. Apalagi kalau cuaca cerah. Indah sekali...

Saat baru tiba, kami dibawa ke Egon Solsiden Restaurant. Kami naik lift menuju bagian atas restoran itu dan segera saja pemandangan kota Trondheim dari atas dapat dinikmati. Wow.....

Agar lebih dapat tentang restoran tersebut, ini dia gambarnya. Jadi kami makan di bagian atas restoran tersebut. Terima kasih buat Pak Olav yang sudah membawa kami di sana.
Gambar dari www.virtualtourist.com



Pemandangan dari atas  Egon Solsiden Restaurant. Uniknya bagian atas restaurant ini dapat berputar.
Nidaros Cathedral (Nidaros Domkirke)

Pemandangan dari rumah orangtua Molly. Rumah sahabat yang kami kunjungi

Pemandangan hijau yang sangat meneduhkan

Awan putih dan langit tampak biru di hari yang cerah.


One day...

One day
we will meet again
maybe in that place
or 
maybe in somewhere
don't you know 
that i'm trying to 
reach you in my pray
 and
my prayer for you
the inspirations will always come to you
to guide them to God
and they will confess that
God is still here
one day




Senin, 29 April 2013

Impianku (beberapa catatan tentang harapan murid-muridku)



Pada bulan Februari 2013, masih dalam tema pembelajaran tentang Penciptaan, tiap anak diminta untuk menulis apa yang menjadi cita-cita mereka di masa depan, Sebelumnya mereka diajarkan bahwa TUHAN telah menciptakan manusia dengan sempurna. Manusia dapat berkarya dan melakukan hal-hal yang baik, dan mencapai impian mereka. Sengaja diajarkan tema tersebut mengingat anak-anak Rumah Belajar PILAR memiliki latar belakang ekonomi kelas bawah. Ini adalah hasil tulisan IMPIAN mereka:




Minggu, 10 Maret 2013

Seminar ke seminar

Setiap tahun ada aja seminar yang diikuti.  Aku tertarik dengan anak sehingga seminar yang kuikuti umumnya menyangkut anak, pelayanan anak, pendidikana anak, dan tentang anak... :-). Nah, aku kumpulkan berapa beberapa brosur seminar tersebut yang masih tersimpan sejak semula mengikuti seminar dulu. Beberapa bahan sudah ada yang hilang juga.

1. Seminar tentang Seminar Mengajar Balita Membaca dengan metode Glen Doman. Aku mengikuti seminar ini di tahun 2005 dan metodenya kupakai di tahun 2007. Sangat banyak menolong saat aku mengajar kindergarten student. Apalagi saat itu, salah seorang muridku adalah anak berkebutuhan khusu (special needs children). Metode cara membacanya juga aku pakai dan cukup berhasil diterapkan untuk murid-muridku.
"Seminar Mengajar Balita Membaca"  (thn 2005) mengikuti metode Glen Doman. 
 2.Global Leadership Summit

3. Pelatihan Penulisan Renungan Harian (Papirus) yang diadakan di Kaliurang-Yogyakarta
Pelatihan yan diadakan di bulan Juni 2011
4. Seminar National Children's Workers Conference (NCWC) yang bertemakan PASSION. Diadakan di Jakarta pada tanggal 3-4 Februari 2012. Dihadiri oleh ribuan peserta dari berbagai daerah di Indonesia.
"Seminar National Children's Workers Conference (NCWC) tahun 2012 diadakan oleh Yayasan Domba Kecil

Jumat, 01 Maret 2013

Janji di awal Maret 2013



Catatan awal Maret 2013,

Aku sudah lama tidak membuka dan menulis di blog ini. Padahal dulu ingin membuat blog agar ada tempat untuk menuangkan isi hati dan pikiran.Sekarang aku berniat untuk mengisi kembali blog ini dan menetapkannya sebagai rutinitas sebagai  latihan menulis. Akan ada banyak hal yang bisa kutulis di dalam blog ini.

Semoga aku bisa konsisten melatih diri untuk menulis dan awalnya di blog...Wish me luck :-)

"Menyimpan di langit"



Saat ini aku sedang suka dengan ide "menyimpan di langit." Awal ide ini berangkat dari hasil bongkar-membongkar barang-barangku. Ternyata masih ada begitu banyak buku yang ada di lemariku. Padahal sebagain buku-buku sudah kusumbangkan ke temanku yang Pendeta di Sitabotabo yang membuat rumah baca untuk anak Sekolah Minggunya. Pernah juga kusumbang buku-buku ke daerah Besitang. Beberapa buku-buku yang bealiran teologi juga pernah kuberikan ke adik sepelayanan yang sedang kuliah. Namun, tetap saja buku-buku itu masih banyak dan tidak muat di lemariku. Belum lagi beberapa kliping dari koran yang kusimpan. Duh, ruang kamarku masih tetap sama, tapi barang semakin banyak. Sungguh tidak proporsional. Akhirnya, aku ambil langkah memindai beberapa bahan, lalu  menyimpan di email, facebook, external harddisk bahkan dropbox juga.

Tapi, entahlah apakah ide menyimpan di langit ini benar-benar cocok. Yang penting, tumpukan barang, kliping yang tadinya sesak di kamarku semakin berkurang. Sedikit lega rasanya. :-)




Langkah pertama adalah menyimpan kenang-kenagan akan hasil karya beberapa muridku.

Kliping Resensi Buku -Sheila-



Ini kliping koranku tentang novel Sheila. Cukup bagus isinya dan menambah pengetahuanku akan anak autis.
Posting klipingku dulu tentang  resensi buku yang berjudul Sheila.Tidak jauh-jauh dari dunia anak. Sheila adalah kisah nyata anak yang diceritakan lewat penalaman guru kelas Sheila. Ini juga menjadi inspirasiku  beberapa tahun kemudian ketika aku menjadi guru anak-anak.

Ada juga kliping tentang Donna Williams,kisah nyata anak autis. Sekitar tahun 2003, minatku terhadap anak juga anak berkebutuhan khusus begitu besar. Salah satu cara pembelajaran yang dilakukan, yaitu dengan mencari buku-buku yang berkaitan dengan tema itu. Nah, kebetulan aku penikmat novel, jadi cocok kalau kisah anak autis ini dipelajari lewat novel juga.
Pengalaman Donna Williams menjadi inspirasi bagi tiap anak atau tiap orang bahwa meskipun mereka berkebutuhan khusus, tetapi mereka dapat berkarya. Bahkan karya mereka bisa lebih baik dari anak-anak atau orang yang dianggap normal (Walau kategori dan pengistilahan kata "normal: ini juga menurutku tidak cocok dipakai untuk menilai manusia/anak).

Nah, ini langkah awal untuk tidak malas menulis. So, sekian dulu curhat hari ini.  :-)