Penulis:
Alessandro Del Piero dan Maurizio Crosetti
Penerjemah:
Daniel Santosa
Penerbit:
Kepustakaan Populer Gramedia
Isi/Ukuran:
155 halaman; 15 cm x 23 cm
ISBN: 978-602-424-8727
Cetakan 1: Juli 2018
Sampul
belakang
Lima
tahun pertamanya di Juventus telah membentuk diri Alessandro Del Piero menjadi
seorang juara. Namun , setelah itu, berbagai masalah justru membakapnya
bertubi-tubi: cedera, gagal meraih scudetto, kematian ayahnya, tuduhan doping,
hingga kasus Calciopoli yang menjerat timnya.
Karakter
sederhana hasil didikan kelauarganya turut mengantar Il Pinturicchio melewati
masa-masa kelamnya. Del Piero mempu bangkit dan meraih segala hal, termasuk
Piala dunia bersama tim nsaional Italia. Dia tidak hany dicintai dan dihormati
fan Juventus, tetapi juga pendukung klub rival. Dengan segudang pengalaman
tersebut, Del Piero menuliskan sepuluh hal yang telah dia pelajari dari dalam
sepak bola dalam Playing On. Di sini, Del Piero berbagi kisah-kisah di dalam
dan di luar lapangan sebelum dia memulai karir hingga detik-detik terakhir
bersama Juventus, membuat kita mengenal lebih dekat lewat tulisan yang segar,
lincah, dan intens.
**
Buku ini menceritakan kisah perjalanan
Alessandro Del Piero menjadi pemain sepakbola bersama Juventus, klub Italia.
Ada sepuluh hal yang ia pelajari dan kemudian ia bagikan dalam buku ini.
Berikut sepuluh hal tersebut dengan singkat, yaitu:
Bakat
Bakat adalah misteri yang luar
biasa. Bakat selalu mencari tantangan yang lebih rumit dan memerlukan rasa percaya
diri, atau lebih tepatnya sebuah keyakinan (hal. 10). Berhasil menemukan gerakan
yang bisa memperbaiki permainan juga merupakan bakat. Kita tidak selalu harus
bergurukepada yang terbaik atau yang paling berbakat, tetapi kepada orang yang punya
sesuatu yang tidak kita miliki atau tidak bisa kita latih-guru yang bisa
memberikan pencerahan (hal. 18).
Gairah
Sepak
bola adalah gairah, juga impian. Pada usia 13 tahun, Del Piero pergi bermain di tim junior Padova dan ia
pun berada di sekolah berasrama. Del Piero ada di sana bersama
cita-citanya semenjak berusia 13 sampai 18 tahun. Hidup butuh gairah, pekerjaan
pun demikian. Berhasil menemukan pekerjaan yang membuat kita benar-benar tertarik
ke dalamnya merupkan salah satu hal terbaik dalam hidup. Del Piero merasa beruntung. Semua impian masa
kecilnya terwujud; bermain sepak bola, bermain untuk Juventus, memenangi semua
yang bisa dimenangi termasuk Piala Dunia (hal. 22).
Gairah tentunya juga
bersinggungan dengan kekecewaan dan masa-masa sulit yang memang harus kita
hadapi sebagai manusia, tidak hanya bagi para atlet (hal. 26).
Pelajaran yang dapat dipetik
dari olahraga adalah selalu memberikan yang terbaik, tak peduli sisa waktunya
hanya satu menit atau selamanya (hal. 27).
Persahabatan
Del Piero memiliki sahabat yaitu
Pierpaolo dan Nelso yang telah berbagi mimpi sejak dulu. Kedunya menjadi saksi
pernikahannya. Persahabatan terbentuk atas dasar kesamaan, terutama saat masih
kecil. Persahabatn bukanlah semata hubungan kita dengan teman karib, seseorang
yang selalu ada untuk kita. Persahabatan juga bisa berupa uluran tangan yang
tak terduga, kemurahan hati yang tulus, dan hal-hal serupa yang lebih berharga
(hal. 36). Del Piero merasakan persahabatan dari Paolo Montero yang sebenarnya tidak
bisa dibilang berteman baik, karena tidak pernah makan bersama atau curhat satu
sama lain. Tetapi Montero menyadarkannya ketika Del Piero saat itu mengalami
cedera lutut yang serius, musim kejuaraan 1999-2000 dan ia tidak bisa menemukan
dirinya. Montero tanpa disangka mengambil inisiatif untuk mengangkat semangat
Del Piero yang sedang menurun. Dorongan seperti itulah yang diperlukan Del
piero dan Montero tahu itu (hal. 34-36).
Kegigihan
Seorang atlet harus mengerahkan kemampuan
terbaik, tidak hanya saat bertanding tetapi juga sesi latihan.Kita telah melakukan
semuanya dengan baik dan memberikan apa yang harus kita berikan, tetapi pelatih
belum memilih kita. Saat itu kita harus menemukan nyawa cadangan berisi tambahan
kegigihan (hal. 45). Kapasitas kegigihan seseorang terletak di jiwa sekaligus
raga, otot sekaligus otak. Otaklah yang akhirnya mengatur semuanya karena otak
berinteraksi dan berhubungan langsung dengan jantung. Otak adalah organ tubuh
yang paling penting meskipun otak bukanlah mesin kita (hal. 47).
Apa yang membuat kita mengerahkan
kemampuan terbaik, mampu menahan rasa sakit, menjadi seseorang yang sabar dan
bijaksana, tidak menyerah dalam keputusasaan, dan justru sebaliknya: memiliki
ketekunan hati? Jawabannya adalah pengalaman, keuletan dan tekad serta kesabaran
(hal. 76-77).
Kejujuran
Saya kira
perbedaan pemain bagus dan pemain hebat adalah kemampuan dalam mengambil
keputusan di saat yang paling penting-berlaku secara umum, tidak hanya dalam
olahraga. Kehebatan seseorang terlihat dari keputusan-keputusan rumit (hal.
82).
Kita hanya
boleh menekel bola, bukan kaki pemain. Tujuannya adalah menghalangi, bukan
melukai. Namun ada pemain yang sengaja melakukan tekel (hal. 85).
Dalam permainan bola, pemain
bisa saja terjatuh dalam perangkap emosi untuk menyikut, serangan terlarang
karena di lapangan juga kadang ada provokator. Tidak ada yang menyukai para diver,
karena tindakan mereka tidak hanya menipu wasit, tetapi juga sesama pemain.
Berusaha semampu kita untuk memecahkan rekor pengendalian diri (hal. 92).
Keindahan
Keindahan dalam gerakan dan
keanggunan itu sendiri menghasilkan keindahan gaya permainan (hal. 93). Tendangan
melengkung ke arah tiang jauh gawang adalah tendangan Del Piero yang terkenal.
Semangat Tim
Semangat tim berkaitan erat dengan
egoisme. Untuk memberikan kemampuan terbaik bagi orang lain, kita harus
terlebih dahulu mencari hal terbaik dalam diri sendiri-kit aharus memikirkan
diri sendri terlebih dahulu (hal. 105).
Pengorbanan
Papa Mamma Del Piero bekerja
untuk mencukupkan kebutuhan mereka. Papanya bekerja setiap hari sampai pukul
enam petang kemudian menyibukkan diri di rumah untuk memperbiaki benda-benda
seerti sambungan listruk yang harus dipasang, tembok yang harus dibereskan. Mamma
pergi ke Conegliano dengan sepedanya untuk melakukan pekerjaan bersih-bersih di
sana, dan mengasuh bayi di sana-sini.Pengorbanan orangtua merupkan kekuatan
besar bagi Del Piero dan kakaknya. Jika orangtua tidak bisa membelikan Del
Piero bola sepak yang baru, ia akan menunggu sampai ulang tahun berikutnya
untuk mendapatkan bola sepak itu.
Pada usia 13 tahun Del Piero
sendirian di sebuah sekolah berasarama bersama teman-teman sekelas yang baru
tanpa satu pun kerabat yang dikenal. Del Pierro si bocah yang bertubuh paling
mungil dan paling pemalu di desanya-sudah jelas dia berkorban. Dia merelakan
sebagian dari hidupnya yang takkan pernah dia peroleh kembali. Sebagai
gantinya, dia akan memperoleh kehidupan yang lain, kehidupan indah, meski dia
sendiri belum mengetahuinya (hal. 118).
Pada usia 13 tahun, Mamma
khawatir Del Piero akan ketinggalan kereta atau tersesat di salah satu stasiun,
atau saat transit di Mestre. Setelah setahun, Del Piero meyakinkan Mamma untuk
tidak ikut mengantar naik kereta bersamanya karena kalau begitu biaya dikeluarkan
dua kali lipat. Del Piero malah
menikmati perjalanan termasuk ketika melintasi Stadion Tenni di Tresviso yang membuatnya
bermimpi karena stadion ini merupakan arena sepak bola sungguhan. Dan ini
menjadi dorongan dan meningkatkan hasratnya untuk menjadi pemain sepak bola
(hal. 125). Keberhasilan dan pengorbanan tidak pernah terjadi secara otomatis,
ada harga yang harus dibayar (hal. 124).
Gaya
Citra diri kita dicerminkan lewat
gaya, dan gaya kita menjelaskan sesuatu tentang diri kita. Tidak ada gaya yang
benar atau salah, tetapi figur publik tidak boleh lupa bahwa ada banyak mata
yang menyaksikan sehingga mereka tidak bisa bertingkah sesuka hati berdasarkan
sifat atau naluri. Del Piero sendiri memilih untuk menggunakan lima dari
sepuluh kata. Lebih memilih dengan ’’tetap diam’’ atau mengatakan sesuatu yang
sebenarnya tidak persis seperti apa yang saya pikirkan tetapi penting untuk
dikatakan demi menyampaikan sinyal positif bagi kepentingan umum (hal. 130).
Ketika seorang olahragawan
memberikan contoh buruk, orang tersebut gagal menyadari beban dari setiap
tingkah laku dan betapa tingkah laku mereka akan ditiru (hal. 131). Gaya meliputi
ekspresi wajah dan gerakan tubuh melalui kehangatan pribadi. Gaya berarti tahu
bagaimana bersikap baik, termasuk dalam hubungan kita dengan khalayak umum
(hal, 137).
Tantangan
Takut kalah. Setelah meninjau
ulang kekalahannya pada poin terakhir, Del Piero akhirnya tersadar bahwa yang
tidak ia miliki adalah keyakinan akan kemenangan, sehingga tidak memiliki
kepercayaan diri. Saya dikuasai oleh kecemasan. Saya tidak sungguh-sunguh
menginginkan kemenangan dan tidak sungguh-sunguh berusaha. Singkatnya, tidak
memiliki hasrat untuk menang (hal. 142).
*
Del Piero membagikan
pemikirannya yang menjadi tahapan bagi perjalanannya menjadi pemain sepakbola. Buku
ini bagus dibaca oleh anak-anak remaja yang ingin menjadi pemain sepak bola ataupun
umum karena nilai-nilai yang dibagikan Del Piero cukup bagus dan menginspirasi.