Minggu, 22 Desember 2019

Natal Anak PT. Asian Agri


Pada tanggal 14 Desember 2019, Tim kami menangani acara  atau menjadi event organizer untuk acar Natal anak yang diadakan PT Asian Agri. Ini merupakan ke tiga kalinya kami diminta untuk terlibat di  acara Natal PT Asian Agri. Biasanya mereka membuat acara Natal untuk orangtua/orang dewasa dan juga anak-anak di tempat terpisah. Bagus juga ide seperti itu, karena panitia tentu tahu bahwa kebutuhan anak-anak dan orang dewasa berbeda. 

Kegiatan ini cukup menarik karena teman-teman tim yang baru bergabung sebagai volunteer dan full time bisa belajar menangani acara anak secara profesional dan bekerjasama dengan perusahaan profit seperti ini. Dalam acara itu, ada renungan yang dibawakan melalui tim Panggung Boneka  dan juga ada Sinterklas yang pasti dinanti oleh anak-anak. 

Perayaan itu diadakan di bagian tengah dekat lobby. Orang-orang pasti akan lalu lalang melewati tempat acara anak berlangsung. Bisa membuat anak-anak atau tamu tidak fokus ya.. Nah, hal itu menjadi tantangan tersendiri. Apakah anak-anak bisa mau ikut terlibat dalam acara Natal, atau lari-lari ke sana-ke mari atau menjumpai orangtua yang juga mengikuti acara Natal di dalam (khusus orang dewasa).


Dalam acara, kami ajak anak untuk membuat kreatifitas "love" membuat "pohon natal". Ternyata, anak-anak cukup antusias mengikuti kreatifitas tersebut. Mereka semangat mau menyelesaikan kreatifitas itu. Apalagi diimingi dapat hadiah komik Alkitab. Ternyata, anak-anak senang juga mendapat hadiah buku.
Di bagian tengah acara, ada Sinterklas yang datang menghampiri anak-anak untuk membagikan permen. Seru ya...




Minggu, 08 Desember 2019

Tim Panggung Boneka ke Berastagi

Bersama Kak Gili dari GKS
Pada tanggal 4 Desember 2019, tepatnya hari Rabu, tim panggung boneka mendapat kesempatan untuk bercerita di acara perayaan Natal anak-anak Gereja Kemuliaan Sion. Mereka mengadakan acara di Hotel Mickey Holiday-Berastagi. Kira-kira sebulan sebelum acara, Kak Gili dari Jakarta menghubungiku untuk meminta tim panggung boneka untuk membantu di tanggal 3 Desember. “Acara akan dimulai jam 2”, sahut kak Gili saat itu.

Kami pun menyetujui dan sepakat. Tepat jam 10.30 kami pun berangkat menuju Berastagi. Perjalanan memakan waktu 2 jam lebih dikit karena cuaca hujan sehingga mobil tidak bisa melaju cepat. Kami tiba jam 1 siang dan acara dimulai jam 2.30. Biasa, jam karet hehehe.
Ini keseruan kami. Udah gitu aja

Anak-anak mengikuti acara

Di balik layar nih....
Lima sekawan dalam tim panggung boneka



Jumat, 29 November 2019

Suara dari Sumba (Apresiasi dari Agustina Wijayanti)

Dear Penerbit, 

"Suara dari Sumba" adalah buku yang tidak biasa. Namun bukan di bawah standar biasa, karena ide melahirkannya luar biasa. Sebagai seseorang yang pernah bekerja di sebuah institusi penerbitan, saya sangat menghargai usaha melahirkan buku semacam ini. Yakni, membangkitkan budaya menulis yang tidak biasa dibudayakan kebanyakan orang.

Saya salut kepada pihak penerbit, yang dengan semangat literasi memilih "kelompok penulis" ini, yakni sekelompok penulis kristiani, yang dibangkitkan semangat berpikirnya, beridenya, berbagi berkatnya.Maka, membangkitkan potensi para calon penulis kristiani ini merupakan wujud pelayanan pembibitan yang luar biasa.

Saya sendiri pernah mendorong beberapa pendeta dan pengkhotbah di Indonesia untuk menulis. Bukan sesuatu yang mudah, meski mimbar tak asing bagi mereka, namun layar dan papan keyboard tak selalu akrab di tangan mereka. Padahal, dengan tulisanlah mereka dapat menjangkau jauh lebih banyak, jauh lebih luas pangsa pembaca atau umat.

Bersyukur, mereka mau menyambut ajakan menulis ini, dan dari satu dua tulisan, maka pelayanan menulis ini pun Tuhan berkati untuk mengembang ke kanan dan ke kiri. Semakin banyak dan luas. Semakin berani dan memberkati.

Sekali lagi, salut kepada penerbit. Saya sangat paham bahwa meski langkah pertama ini belum sepenuhnya sempurna, masih ada banyak yang perlu dipoles sini-sana, namun saya yakin, benih telah ditabur, biar kiranya Tuhan menumbuhkan setiap potensi itu, untuk lebih banyak melahirkan karya literasi yang menerangi dunia ini!

Agustina Wijayani
Selama 13 tahun pernah melayani di Renungan Harian, dan penerbit kristiani Gloria Graffa

Senin, 25 November 2019

Pentingnya Mendongeng untuk Anak

Foto dari Taman Baca Hambila Humba 3-GKS Bidipraing
Tulisan diambil dari penulis (A.S. Laksana). Semoga bermanfast . 📚
Bapak dan Ibu Guru, Mendongenglah untuk Mereka

A.S. Laksana

Apa yang akan membuat anak-anak menikmati sekolah? Pembacaan cerita, katanya.

Ia kepala sekolah di SD pertama yang saya datangi, di daerah pelosok Finlandia yang orang-orangnya berbahasa Swedia. Saya minta izin memotret jadwal pelajaran di sekolahnya, untuk melihat apa saja yang mereka ajarkan kepada anak-anak.

“Modersmål ini apa?” tanya saya.

“Bahasa Ibu,” kata Bu Kepala Sekolah.

Anak-anak Finlandia belajar di sekolah 5 hari seminggu, dan pelajaran terpenting bagi anak-anak sekolah dasar adalah Bahasa Ibu. Anak-anak tahun pertama dan kedua akan belajar bahasa ibu 7 jam dalam seminggu. Anak-anak tahun ketiga dan keempat 6 jam. Anak-anak tahun kelima dan keenam 5 jam.

Siswa tahun pertama dan kedua hampir tiap hari mengawali sekolah dengan pelajaran Bahasa Ibu, yaitu bahasa Finlandia atau bahasa Swedia bagi kelompok minoritas di sana yang berbahasa Swedia. Anak-anak menyukainya karena guru mereka selalu membacakan cerita dalam pelajaran bahasa.

Hanya satu hari kelas akan dimulai dengan pelajaran musik atau olahraga. Itu dua mata pelajaran yang juga disukai oleh anak-anak. Dalam dua pelajaran ini, mereka seperti diajak bermain-main saja.

Untuk anak-anak tahun ketiga sampai keenam, pelajaran Bahasa Ibu selalu akan ditempatkan pada tiap Senin jam pertama. Jadi, setelah menikmati hari libur akhir pekan, mereka akan mengawali pelajaran dengan Bahasa Ibu, dengan pembacaan cerita. Sekolah-sekolah kita mengawalinya dengan upacara bendera. Saya ingat, selama belajar di SD sampai SMA, tiap Senin pasti ada teman-teman yang pingsan di tengah berlangsungnya upacara.

Di Finlandia, anak-anak sekolah tidak memulai pelajaran mereka dengan pingsan. Mereka mengawali dengan kegembiraan. Sering setelah pembacaan cerita, guru meminta mereka menggambar ilustrasi untuk cerita tersebut. Kepada murid-murid tahun kelima dan keenam, guru juga meminta mereka membuat musik berdasarkan cerita yang baru saja dibacakan.

Maka, jika pendidikan mereka baik, itu sungguh bukan hal yang mengejutkan. Mereka tahu cara mendidik anak-anak mereka. Mereka tahu bagaimana menyelenggarakan sekolah yang menyenangkan dan apa yang perlu dipelajari oleh anak-anak di sekolah.

Bahasa sangat penting bagi mereka, sebab jika anak-anak cakap berbahasa, mereka akan mampu berkomunikasi, menerima pelajaran, menata pikiran, dan menyampaikan gagasan. Kecakapan berbahasa akan menjamin bahwa transfer pengetahuan akan berjalan mulus.

Oya, saya pernah mendengar bahwa di sana tidak ada pelajaran agama, itu tidak benar. Pelajaran agama tetap ada, untuk menghormati perasaan orang-orang sangat tua yang sebagian masih taat ke gereja, tetapi hanya menjadi mata pelajaran pilihan. Tidak diikuti tidak apa-apa. ***

Selasa, 12 November 2019

Lesra, ilustrator anak yang keren

Sehubungan dengan buku yang ditulis oleh para penulis cilik dari anak panti asuhan Anugrah Kasih Abadi di Deli Serdang dan anak-anak dari Taman Baca Hambila di Sumba Timur, maka konsep yang diperlukan untuk isi buku adalah perlu penambaham gambar ilustrasi. Pembuatan gambar ilustrasi ini tidaklah mudah, menurutku. Kami perlu mencari foto anak si penulis, lalu berdiskusi dengan ilustrator (jarak jauh dan melalui WA ataupun voice call).

Adalah Lesra Ariel, anak dari Mas Arie Saptaji (berdomisili di Yogyakarta) yang menjadi fasilitator untuk kegiatan Menulis Asyik ini di bulan Februari 2019 yang lalu. Mas Arie pernah membagikan hasil gambar Lesra, anaknya di sosial media. Lalu, aku minta Ribka untuk menghubungi Lesra dan meminta Lesra untuk membuat gambar contoh. Gambar contoh itu tadinya untuk gambar buku "Yesus Sahabatku" yang merupakan buku panduan mengajar di sekolah minggu. Nah, karakter gambar Lesra ternyata kurang cocok buat gambar peraga yang sudah baku alirannya. Gaya buku ini harus dicari yang mirip seperti gambar di 5 buku sebelumnya.

Terpikir olehku untuk meminta Lesra menggambar buku karya penulis cilik. Kan cocok, penulisnya anak-anak, tukang gambarnya juga masih kategori anak-anak (saat itu lLesra duduk di kelas 3 SMA). Lesra pun mengirimkan karya gambarnya. Dan, mulailah beberap bulan itu  proses gambar berlangsung. Ada 70 gambar yang harus dikerjakan Lesra, sementara dia juga mempersiapkan untuk ujian. Luar biasa 👍👍

Aku puas dengan karya Lesra. Menurutku, karya Lesra itu apik dan rapi. Dia sungguh mendalami si tokoh pencerita (anak) yang menulis kisah itu, yang kemudian dituangkan ke gambar. Warna pilihan Lesra juga bagus. Tampak khas anak-anak tetapi tidak norak.

Kalian bisa melihat karya Lesra dapat dilihat di buku "Kisahku dari Sumba Timur-Kisah Tentang Petualangan Anak-anak di Sumba Timur" dan buku "Kisahku Anak Panti Asuhan yang Bermimpi




Contoh ilustrasi buku yang dibuat oleh Lesra😀
Sumba Timur
Buku "Kisahku dari Sumba Timur"
Ini contoh gambar yang dibuat Lesra
Ilustrasi di buku Kisahku dari Panti Asuhan

Ada lagi nih...
Ilustrasi dari buku Kisahku dari Sumba Timur
Nah, bagaimana menurut kalian?
Buku "Kisahku dari Sumba Timur-Kisah Tentang Petualangan Anak-anak di Sumba Timur" dan buku "Kisahku Anak Panti Asuhan yang Bermimpi" dapat kalian beli di toko buku Gramedia, atau bisa menghubungi langsung Tian di HP/WA: 081263303002 atau datang langsung ke:
Komplek Taman Setia Budi Indah Blok HH No. 69
Medan Sunggal.

Terima kasih Lesra. 





Minggu, 10 November 2019

Nobar Film Susi Susanti

Ditengah segala kesibukan yang ada di kantor  atau di tim, kita perlu menyempatkan diri untuk melakukan kegiatan bersama. Kami mencoba agar tetap seimbang ya, salah satunya dengan menonton film bersama. Biasanya kami ambil off day atau pulang cepat dari kegiatan lembur/overtime yang tidak berbayar. Overtime tersebut diganti dengan kompensasi hari. 

Nah, pilihan film yang akan ditonton berdasarkan keputusan bersama. Kami pilih hari pulang cepat, yaitu Senin. Setujuuuuuu....😀Dan, film pilihan jatuh ke film "Susi Susanti" dalam rangka mendukung karya bangsa...💪. Film ini disutradarai oleh Sim F, mengangkat kisah perjalanan Susi Susanti, pemain bulu tangkis perempuan yang mengharumkan nama bangsa Indonesia dengan prestasinya. Dikisahkan juga pertemuan Susi dengan Alan Budikusuma, sesama pemain bulu tangkis yang kemudian menjadi suami mbak Susi. 

Trailernya lihat di sini:
https://www.youtube.com/watch?v=XKPD8Obehq4




Dan, memang tim bisa mempunyai waktu untuk rileks. Biasanya juga syarat yang kami pakai untuk kegiatan bersama, yaitu: tidak membicarakan urusan kantor di sela-sela kegiatan refreshing atau entertaint tersebut. Tapi namanya manusia, bisa khilaf bro and sis. eh...pembicaraan bisa menyerempet urusan kantor dan pekerjaan. Dan, biasanya untuk itu perlu ada "juri" atau "wasit" yang mengingatkan. Siapa jurinya? Siapa aja sih. Yang penting, kita bisa refreshing dan selanjutnya kerja lemburrrr...hehhehe

Terima kasih buat mbak yang fotoin kita ☺



Selasa, 05 November 2019

Kunjungan Tim Film ke Panti Asuhan Anugrah Kasih Abadi

Pada tanggal 31 Oktober 2019 yang lalu, tim film dari Norwegia datang khusus ke Panti Asuhan Anugrah Kasih Abadi. Kunjungan tamu kali ini untuk membuat kisah anak-anak di Indonesia pada proyek pendampingan yang dilakukan oleh Tim Child Ministry YLKA.

Pada kesempatan itu, Eldin, salah seorang anak panti asuhan akan menjadi fokus. Eldin akan menceritakan tentang kisahnya selama tinggal di panti asuhan, sekolahnya, cita-cita dan keinginannya. Selain itu, kami juga mengadakan kegiatan dan games. Pada hari itu juga sekaligus apresiasi untuk anak-anak panti asuhan yang telah berani untuk menuliskan ide dan pikirannya. Tulisan mereka kini diterbitkan menjadi buku yang berjudul "Kisahku Anak Panti Asuhan yang Bermimpi. 

Saksikan kegiatan satu hari itu dalam video singkat ini. 





Senin, 04 November 2019

"Terima kasih Tim Panggung Boneka"

Hari Sabtu, 2 Nopember yang lalu, kami, tim panggung boneka melakukan tugas negara (berat kali bah!! 😅). Kami mendukung kegiatan edukasi kesehatan dalam rangka Hari Anak Sedunia yang diadakan di salah satu Sekolah Dasar di Bagan Serdang.  Edukasi kesehatannya bertema "Cuci Tangan Pakai Sabun".

Tugas kami adalah membawakan cerita melalui panggung boneka, dengan tujuan mengajak anak-anak agar mau mencuci tangan pakai sabun. Cerita panggung boneka menjadi ilustrasi dan pengantar sebelum penjelasan "Cuci Tangan Pakai Sabun (CPTS)", yang kemudian dilanjutkan dengan praktek mencuci tangan.


Anak-anak yang hadir saat itu sekitar 200-anak, dan tidak semua anak-anak bisa ikut praktek. Tetapi mereka senang juga dengan tarian CTPS yang diajarkan oleh teman-teman mereka. Pada saat itu, ada tim Linkus dari Norwegia yang juga membuat film tentang anak-anak di Indonesia. Acara semakin meriah dengan kehadiran si Linkus, boneka Dino. Sayang sekali, kami tidak sempat berfoto dengan anak-anak dan Linkus. Tetapi aku senang ada video  "Terima Kasih" yang dikirimkan oleh panitia.
Senangnya....😀


Kami sempatnya hanya berfoto selfie/wefie ber5 aja, berhubung Bowo, anggota baru yang pertama kali tampil (dari balik layar) dan berperan sebagai Bapak Penjual Kue.  Saking semangatnya, berfoto aja pakai gerakan kalau lagi main boneka. Mantap Bowo. 💪

Jumat, 01 November 2019

Penulis Cilik dari Panti Asuhan

“Kami senang sekali ada nama kami di buku, Bunda”, kata anak-anak panti asuhan ini kepadaku. Wow...😍💐 Ucapan sederhana yang sangat dalam. Mereka tidak mengira bahwa mereka  menghasilkan karya tulisan dan diterbitkan pula. Mereka adalah anak-anak yang tinggal di Panti Asuhan Anugrah Kasih Abadi, yang bertempat di Gang Tawon XVI, Deli Serdang (Sumatera Utara).

Buku yang mereka tulis ini adalah hasil pengamatan mereka dan yang mereka renungkan lalu tuliskan. Metode Amati-Renungkan-Tuliskan (ART) dikembangkan oleh Mas Arie Saptaji yang sengaja diundang dari Yogyakarta untuk memberikan pelatihan penulisan untuk anak-anak panti asuhan Anugrah Kasih Abadi. Ada 29 anak yang mengikuti pelatihan ini, tetapi hanya 19 anak yang tulisannya bisa lolos masuk seleksi tulisan yang dimuat. 

Semoga ada tulisan mereka lagi ya. Ayo kita dukung mereka untuk berkarya lebih baik lagi demi masa depan kita semua. 🙏📚🤝💪😘



Foto sebagian penulis cilik, sementara yang lain masih kerja menjaga kambing🐐
Sebagian penulis cilik

Minggu, 27 Oktober 2019

Sepatu Baru Aki dan Putra

“Bun, sepatuku rusak. Sabtu ini ada pertandingan di Langkat. Sepatu Aki juga”, kata Putra.

Sementara itu, Aki diam saja. Ia nggak banyak menuntut karena baru buat kasus baru.
Sementara itu kemarin di grup WA, coach dari Akademi Inspire, tempat mereka berlatih bola juga mengingatkan soal sepatu.

“Koq cepat sekali rusak? Kan belum setahun?” tanyaku kepada mereka.

“Gak tau, Bun”, kata Putra.

Serba salah juga jika sepatu bola tidak dibeli karena mereka sedang dipersiapkan untuk ikut turnamen olahraga  di Kuala Lumpur pada akhir Nopember yang akan datang. Ya, sudahlah aku buat jadwal dengan mereka untuk membeli sepatu.

“Sabtu ini kita pergi ya”. Bunda datang dari kantor langsung ke panti. Kalian bersiap ya”, kataku.

Jadilah hari Sabtu itu kegiatanku diisi dengan hari latihan panggung boneka (untuk persiapan tampil tanggal 2 Nopember), lalu berlanjut ke panti asuhan, trus ke toko sepatu. Sepertinya hari itu aku lebih lama di perjalanan...😄😄. Kami sampai ke toko setelah sempat berjalan kaki beberapa menit karena macet luar biasa di daerah itu.

Sesampainya di toko, sepatu pun dipilih oleh Aki dan Putra. Sebelumnya, aku udah kasih batasan harga maksimalnya. Ada batasan harga tersebut dan mereka pun maklum. Setelah beberapa sepatu dicoba, akhirnya sepatu yang cocok pun mereka dapat. Prosesnya nggak mudah. Ada yang sepatunya cocok, tetapi ukurannya tidak ada. Ada yang warnanya oke, ukurannya oke, harganya mahal sekali. Syukurlah, sepatu bisa mereka miliki. Aki memilih warna merah, dan Putra memilih warna hijau. Btw, sepatu dibeli bukan dengan biaya saya pemirsahhhh..... 😉

Sesudah itu, kami pun pergi ke Es Krim Krim yang tak jauh dari toko olahraga. Lapar mendera, pemirsahhh. Es Krim Ria yang melegenda itu pun persinggahan terakhir kami sebelum pulang ke panti asuhan. Nah, kalau ajakan makan sate dan es krim itu bagian saya. Dan meteka sungguh menikmati sate dan es krim. Sudah dapat sepatu, bisa menikmati sate dan es krim. Sungguh nikmat 😄
Horeeee, sepatu baru ....

Sabtu, 12 Oktober 2019

Rumah Kreatif STT GKS

Sejak pertengahan tahun 2016, Sumba mulai kami jelajahi. Awalnya berniat membuat event “Seminar untuk Guru Sekolah Minggu”. Lalu, mulailah survey dan pendekatan yang berlangsung perlahan namun pasti. Ini tentu setelah kumelihat ada “sesuatu” yang perlu dikembangkan. Tindakan ini pun setelah melihat keseriusan tim kecil yang menindaklanjuti seminar ini. Tim Tujuh, demikian namanya, dibentuk untuk mempersiapkan acara seminar ini. Tim yang terdiri dari dosen, staff dan mahasiswa STT GKS benar-benar kerja keras menyiapkan semua (peralatan, fotocopy, bahan/alat), bahkan dana untuk komsumsi peserta. Salut buat mereka.

Setelah acara itu, mereka juga masih “ditagih” untuk menindaklanjuti seminar dengan pelayanan kepada anak-anak. Lalu, apa yang mereka lakukan? Mereka membuat pelayanan panggung boneka ke gereja-gereja sekitar. Respons gereja di Lewa cukup bagus.
Nah, mulai dari hal “kecil” ini, berkembanglah suatu proses kerjasama untuk meng”encourage” (istilah kerennya pemirsa 😄), untuk terus mengembangkan pelayanan anak di sana. Mulainya dari mendukung pelayanan mahasiswa STT GKS dengan membuat wadah semacam tempat mereka berkreasi untuk melayani Sekolah Minggu. Singkat cerita (meski prosesnya nggak singkat), hadirnya Rumah Kreatif STT GKS merupakan bagian pendampingan dari Tim Child Ministry YLKA.

Pesan WA dari Kak Pdt. Arni Dangga Mesa kuterima. Beliau mengirimkan foto-foto Rumah Kreatif PAK STT GKS yang semakin bagus ditata. Pada Oktober 2019, STT GKS program studi Pendidikan Kristiani mendapat kunjungan dari assesor Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Tinggi (BAN-PT). Menurutku, kehadiran Rumah Kreatif STT GKS ini menjadi poin tambahan kualitas prodi ini (ingat dulu pengalaman bekerja di Bagian Akreditasi STT Jakarta). Dan, kalian tahu siapa yang menjadi assesornya? Tak lain dan tak bukan... Prof. Dr. Samuel Hakh, my former boss di STT Jakarta yang sangat kuhormati sebagai atasan dan pemimpin yang baik dari Tuhan. 

Prof. Dr. Samuel Hakh sudah kuanggap seperti Bapakku, karena beliau dan keluarganya sangat baik kepadaku. Jadi, aku merasa seperti seorang Bapak melihat kerja anaknya hehehe... (Bapak pernah mengirimkan pesan motivasi bahwa beliau senang melihatku dikelilingi anak-anak. Beliau ternyata melihat kerjaku.. padahal dulu berat banget waktu resign karena Bapak juga berat mengizinkan. Jadi curhat gaes...hiks). Tetapi, aku jadi berpikir, ini fate atau coincidence  ya? Koq “kebetulan” sekali akhirnya Bapak datang sebagai assesor ke sana?

Kembali ke topik Rumah Kreatif STT GKS ya. Aku senang dengan keberadaan Rumah Kreatif STT GKS SUmba yang terus berkembang. Semoga kehadirannya bisa menolong mahasiswa, dosen dan kalangan umum untuk berkarya dan berkreasi melayani anak-anak. Dan, semoga status akreditasi prodi PAK STT GKS bisa meningkat ya. 🙏


Barang-barang alat peraga yang disimpan di kota
Foto-foto Kegiatan Rumah Kreatif STT GKS






Foto Kegiatan eh..ada fotoku 😁

Rabu, 09 Oktober 2019

Akhirnya terbit, buku Kisah Anak-anak Sumba Timur

Catatan bulan Oktober, 2019


Setelah mengadakan pelatihan penulisan untuk anak-anak Taman Baca (TB) Hambila 1, TB Hambila 2 dan TB Hambila 3 pada bulan Februari-Maret yang lalu, akhirnya buku Kisahku Dari Sumba Timur Kisah tentang Petualangan Anak-anak Sumba Timur. Saat itu ada 30 anak yang ikut dalam pelatihan. Dan, semua anak yang ikut menyumbangkan minimal satu tulisan. Luar biasa talenta dan bakat anak-anak ini.


 
Ada 40 cerita yang ditulis sendiri oleh anak-anak. Proses penyuntingan buku ini angat kunikmati sekali karena cerita-cerita anak Sumba Timur ini cukup beragam. Cara mereka menceritakan itu sangat khas anak-anak.  Buku ini pun menjadi segar dengan ilustrasi yang keren dari ilustrator muda, Lesra yang berusia 18 tahun. 

Terima kasih buat anak-anak Sumba Timur yang bersemangat, untuk kaka pengasuh Taman Baca Hambila 1, Hambila 2 dan Hambila 3 beserta kakak pendeta yang mendukung, juga terima kasih buat mas Arie Saptaji yang sabar melatih anak-anak, dan berbagai pihak seperti tim CM, penata letak buku, percetakan dan orang-orang  yang tentunya turut mendukung baik secara langsung dan melalui doa.

Setelah proses yang tidak mudah untuk menerbitkan buku anak-anak ini, aku bersyukur untuk semua proses itu.  

Akhirnya...


Buku diterbitkan oleh:
Yayasan Lentera Kasih Agape
Komp. Taman Setia Budi Indah Blok HH. No 68 
Medan Sunggal
T/WA: 0812.63303002




Minggu, 22 September 2019

Peserta di Forum Diskusi Kajian-kajian Psikolgi Kristen


Pada hari Selasa, 20 September 2019, aku dan tim Child Ministry (CM), Ribka dan Tian mengikuti kegiatan “Forum Diskusi Kajian-kajian Psikologi Kristen” di Universitas HKBP Nommensen. Menarik mengikuti kegiatan ini yang menampilkan pemakalah dan pengajar psikologi yang turut memberi masukan terhadap isu-isu yang dihadapi oleh orang Kristen. Isu yang dibahas, misalnya penanganan yang dilakukan gereja terhadap anak berkebutuhan khusus, dampak perilaku mahasiswa yang mengikuti kegiatan rohani, peran Naras (suami pendeta GBKP) dalam pelayanan gereja dan perbedaan isu psikolgi dan teologis secara umum, dan tema lainnya.



Untuk materi-materi ini, aku bisa belajar lagi apalagi ada pembahasan tentang anak-anak disabilitas. Silahkan lihat nam-nama pemakalah di bawah ini.







Informasi ini aku dapat dari adikku yang mendapat info dari temannya yang menjadi salah satu pembicara, yaitu: Togi Fitri A. Ambarita, M.Psi (dosen di Universitas HKBP Nommensen. Terima kasih para pembicara yang sudah menyiapkan materi ini. 
Pembicara mendapat tanda mata kain ulos dari panitia

Senin, 16 September 2019

The Interviewer (Short Film), Ketika Disabilitas Berkarya

Film pendek yang bagus. Simpan di sini supaya ingat pembelajarannya.

https://m.youtube.com/watch?v=rgRv4bSdLdU
https://m.youtube.com/watch?v=rgRv4bSdLdU

atau link
https://www.youtube.com/watch?v=wT9PdS9hPFs


Film ini diproduksi oleh Bus Stop Films. Menarik untuk melihat bagaimanana seorang disabilitas ternyata bisa memberikan sumbangsih asalkan diberi kesempatan. Menariknya lagi, proses pembuatan film ini juga dilakukan oleh teman-teman yang disabilitas. Pokoknya film pendek ini keren.

Ini kutipan dari deskripsinya dari link mereka:


"Made through the Bus Stop Films weekly film making workshops for people with an intellectual disability, this film has found it's way onto screens across the globe. Recently going viral in Europe after being exposed on Arte TV and Winning over 30 awards and screening at over 40 film festivals including Short, Shorts Film Festival & Asia, Cleveland, Flickerfest - this is a little film with a big message. Thomas Howell gets more than he's bargained for in a job interview at a prestigious law firm; an insult about his tie, a rendition of Harry Potter and the chance to change the lives of a father and son. If you are after a captioned and audio described version, please check out: https://www.youtube.com/watch?v=rgRv4"


For more information, check out our facebook: https://www.facebook.com/busstopfilms








Sabtu, 07 September 2019

Merayakan bulan kelahiran bersama

Bersama dua anak asuh Rumah Belajar PILAR, aku pun menyempatkan waktu untuk berjalan-jalan bersama Dian dan Luhut. 
"Ada acara apa, bun?" tanya mereka.  
"Merayakan ulang tahun Dian bulan Agustus ini. 'Kan kita sama bulan kelahirannya", kataku sambil melirik Dian yang tersenyum senang. 
"Iya, bun, makasih bun", kata Dian.




Dian anak yang cenderung pendiam, tetapi ia cukup rajin membantu sewaktu Rumah Belajar Pilar masih aktif. Dian dan Luhut, abangnya yang kini sudah tamat SMK adalah dua dari anak-anak asuh PILAR.  

Hari Sabtu itu, 31 Agustus, kami pergi menonton film, main games di Amazone dan makan bersama ambil menikmati es krim. Semoga pengalaman ini memberi smeangat bagi mereka untuk maju dan meraih cita-cita yang tinggi. Setidaknya mereka tahu, ada orang-orang yang peduli ke mereka meski mereka bukan saudara atau keluarga.




Buku Su Sampai Sumba....!

Cerita ini lagi berbagi rasa.

Kemarin (9/9) senang banget dapat pesan dari Kak Rida yang tinggal di Sumba Timur  melalui WA yang menginformasikan tentang buku.

Dalam WAnya ia bilang demikian:
“Terimakasih kk vina, sudah memperhatikan sekolah minggu anak2 utapambapang, trimakasih atas kebaikan yg sudah kami rasakan kiranya Tuhan slalu memberkati kk vina, Amin.

Tampaknya beliau senang dapat buku panduan mengajar “Yesus Sahabatku dan Teladanku”. Buku ini semacam buku kurikulum untuk mengajar anak-anak di Sekolah Minggu mulai bukan Januari-Desember. Buku tampak seperti hal kecil atau sederhana saja. Bukan barang atau pemberian mewah. Tetapi, sesuatu itu meski terkesan kecil dan sederhana akan bermakna jika tepat pada orang yang membutuhkannya.

Good lessons for me.

Minggu, 01 September 2019

Luther dan Katolik (ditulis oleh Romo Simon Petrus L. Tjahjadi)

Tulisan tahun 2017  lalu dalam rangka menyambut 500 tahun reformasi. Pada tahun 2017 bertepatan dengan peringatan 500 tahun Reformasi. Romo Simon menulis suatu artikel di majalah HIDUP. Foto artikel ini dari WA yang dikirim oleh Romo Simon. Berikut isi artikel tersebut:


LUTHER DAN KATOLIK

Seorang biarawan muda dari Jerman bernama Martin Luther (1483-1546) membuat geger kalangan Gereja, tatkala ia dikabarkan telah memaku pernyataan sikapnya pada pintu masuk gereja biara di Kota Wittenberg, 31 Oktober 1517. Dalam surat itu, Luther mengecam praktik Gereja Katolik yang antara lain memperdagangkan “surat pengampunan dosa” agar mendapatkan uang bagi pembangunan aneka proyek megah, termasuk Gereja St Petrus di Roma.
Banyak orang sederhana zaman Luther percaya, dengan membeli surat itu, mereka akan memperoleh keselamatan, sebab dosa mereka dan dosa mereka yang didoakan, diampuni. Tapi apa artinya ini? Artinya, keselamatan manusia pada akhirnya merupakan hasil prestasi manusia itu sendiri, bukan lantaran rahmat Allah semata!
Nah, Luther mengoreksi cara berpikir demikian (bahwa keselamatan bisa diperoleh dengan prestasi manusia sendiri). Di dalam batinnya Luther sendiri mengalami, betapa ia tetap merasa berdosa meski telah melakukan banyak usaha untuk hidup baik. Pertanyaanya, bagaimana manusia bisa mendapatkan keselamatan atau –dalam bahasa Luther– memperoleh “iustificatio” (pembenaran) dari Allah?
Dalam renungannya atas surat Roma 1:17, Luther menemukan ayat ini: “Sebab di dalam Injil nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: ‘Orang benar akan hidup oleh iman’”. Sekarang Luther menemukan jawabannya: manusia memperoleh pembenaran dari Allah berkat iman dan hanya iman (sola fide)! Dalam imannya, manusia boleh merasa pasti bahwa ia “dibenarkan” oleh Allah lantaran rahmat-Nya semata-mata (sola gratia), maka bukan melalui segala macam perbuatan baik dan saleh hasil prestasinya sendiri. Kepastian ini diketahui dari Kitab Suci saja (sola scriptura), bukan filsafat dan hukum Gereja.
Ajaran Luther tersebut membahayakan posisi resmi Gereja Katolik saat itu. Pada 18 April 1521, dalam sidang di Worms, Luther didesak untuk mencabut ajarannya. Tapi, ia menolak dengan berkata: “Oleh karena suara hatiku terpaut pada Sabda Allah (=Kitab Suci), maka aku tidak bisa dan tidak akan mencabut ajaranku. Sebab celakalah dan mustahillah bahwa aku melawan suara hatiku sendiri. Semoga Tuhan menolong aku!” Perpecahan besar dalam sejarah agama Kristiani pun terjadi. Luther dikucilkan. Namun, ajarannya kelak mendasari munculnya Protestantisme.
Dalam sejarah teologi, ada perdebatan mengenai pembenaran “karena iman semata” (dari pihak manusia) atau “karena rahmat semata” (dari pihak Allah) ini. Luther dituduh melawan ajaran Kitab Suci, bahwa “iman tanpa perbuatan pada hakikatnya mati” (Yak 2,17), hal mana berarti untuk keselamatan diperlukan baik iman maupun perbuatan.
Tetapi prinsip “hanya iman” pada Luther tidak boleh ditafsirkan bahwa manusia hanyalah bersikap pasif dan tidak perlu berbuat baik untuk keselamatannya. Luther mau mengatakan, bahwa keselamatan manusia itu berasal dari Allah, dan bahwa manusia tidak bisa “menyogok” Allah untuk menyelamatkannya, “sebab” ia telah melakukan perbuatan baik. Keselamatan dari Allah adalah anugerah atau rahmat Allah melulu! Manusia menanggapinya secara positif dalam iman yang hidup. Dari iman yang hidup inilah, muncul pelbagai perbuatan baik yang nyata sebagai ungkapannya. Jadi, perbuatan baik, misal ziarah, puasa, ibadat, dan sebagainya “bukanlah” ganti (substitusi) bagi iman, melainkan konsekuensi dari iman yang hidup. Ibarat pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, demikianlah orang beriman. Kata Luther, “Perbuatan baik tidak akan pernah membuat seseorang menjadi baik dan saleh, melainkan sebaliknya, seorang yang baik akan melakukan perbuatan yang baik dan saleh.”
Berkat adanya pemahaman baru ini relasi Gereja Katolik dengan Gereja Protestan makin terasa erat. Sejak pertemuan di Augsburg, 31 Okt 1999, diperoleh persetujuan menyangkut “pembenaran karena rahmat” ini antara pihak Katolik dengan Ikatan Gereja Lutheran Sedunia, lalu dilanjutkan dengan Dewan Gereja Metodis Sedunia (23 Juli 2006), dan akhirnya dengan Perserikatan Gereja Reform Sedunia (4 Juli 2017) di Wittenberg. Salah satu dari beberapa kerikil tajam yang mengganggu ekumene dengan demikian disingkirkan lewat pengakuan bersama: “Kami bersama-sama mengakui, bahwa dalam upayanya mencapai keselamatannya tergantung sepenuhnya pada rahmat Allah… Pembenaran terjadi karena rahmat semata”.
Simon Petrus L. Tjahjadi


Sabtu, 31 Agustus 2019

Yeayy... Tim Panggung Boneka GKLI terbentuk...


Pada akhir Agustus yang lalu, tim kami yaitu Child Ministry YLKA diminta untuk memberikan pelatihan di Gereja Kristen Lutheran Indonesia (GKLI) Sihabonghabong. Tepatnya pada tanggal 25-26 Agustus 2019. Pelatihannya 2 hari, tetapi cukup padat.  Dalam pelatihan itu, kami meminta komitmen dari peserta, khususnya mahasiswa STT untuk melayani anak-anak melalui cerita panggung boneka.


Tantangan yang kami berikan adalah tampil di acara kebaktian Sekolah Minggu pada esok harinya. Padahal baru dapat pelatihan di hari Sabtu, loh. Jadi, aku mendampingi mereka berlatih dan persiapan untuk kebaktian esok. Tidak tanggung-tangung, mereka berusaha keras sampai latihannya jam 9 malam, pemirsahhhh. Suaraku juga sudah habis dan serak, tapi masih tetap semangat dong.


Tim Panggung Boneka GKLI

Esoknya, mereka bisa tampil dan pasti deg-degan. Aku pun turut mendampingi dari belakang layar. Adik-adik mahasiswa kelihatan tegang sekali. Tapi, mereka cukup berani dan mau mencoba. Hal yang lucu terjadi yaitu, pipa panggungnya hampir jatuh. Mereka terlalu semangat mau bergerak sehingga pipa yang dipasang hampir lepas. Aduhhh 🤣 untunglah tidak jatuh, karena langsung aku dan pemain lain menahan dari belakang layar.

Akhir acara, beberapa anak ditanyakan tentang cerita hari ini. Umumnya mereka senang dan mau nonton panggung joneka. Katanya sih nggak bosan. Yeayy... Tim Panggung Boneka yang Baru. Lanjutkan !! 😄👏👏🤗

Dari balik layar panggung