Jumat, 01 Maret 2013

"Menyimpan di langit"



Saat ini aku sedang suka dengan ide "menyimpan di langit." Awal ide ini berangkat dari hasil bongkar-membongkar barang-barangku. Ternyata masih ada begitu banyak buku yang ada di lemariku. Padahal sebagain buku-buku sudah kusumbangkan ke temanku yang Pendeta di Sitabotabo yang membuat rumah baca untuk anak Sekolah Minggunya. Pernah juga kusumbang buku-buku ke daerah Besitang. Beberapa buku-buku yang bealiran teologi juga pernah kuberikan ke adik sepelayanan yang sedang kuliah. Namun, tetap saja buku-buku itu masih banyak dan tidak muat di lemariku. Belum lagi beberapa kliping dari koran yang kusimpan. Duh, ruang kamarku masih tetap sama, tapi barang semakin banyak. Sungguh tidak proporsional. Akhirnya, aku ambil langkah memindai beberapa bahan, lalu  menyimpan di email, facebook, external harddisk bahkan dropbox juga.

Tapi, entahlah apakah ide menyimpan di langit ini benar-benar cocok. Yang penting, tumpukan barang, kliping yang tadinya sesak di kamarku semakin berkurang. Sedikit lega rasanya. :-)




Langkah pertama adalah menyimpan kenang-kenagan akan hasil karya beberapa muridku.

Kliping Resensi Buku -Sheila-



Ini kliping koranku tentang novel Sheila. Cukup bagus isinya dan menambah pengetahuanku akan anak autis.
Posting klipingku dulu tentang  resensi buku yang berjudul Sheila.Tidak jauh-jauh dari dunia anak. Sheila adalah kisah nyata anak yang diceritakan lewat penalaman guru kelas Sheila. Ini juga menjadi inspirasiku  beberapa tahun kemudian ketika aku menjadi guru anak-anak.

Ada juga kliping tentang Donna Williams,kisah nyata anak autis. Sekitar tahun 2003, minatku terhadap anak juga anak berkebutuhan khusus begitu besar. Salah satu cara pembelajaran yang dilakukan, yaitu dengan mencari buku-buku yang berkaitan dengan tema itu. Nah, kebetulan aku penikmat novel, jadi cocok kalau kisah anak autis ini dipelajari lewat novel juga.
Pengalaman Donna Williams menjadi inspirasi bagi tiap anak atau tiap orang bahwa meskipun mereka berkebutuhan khusus, tetapi mereka dapat berkarya. Bahkan karya mereka bisa lebih baik dari anak-anak atau orang yang dianggap normal (Walau kategori dan pengistilahan kata "normal: ini juga menurutku tidak cocok dipakai untuk menilai manusia/anak).

Nah, ini langkah awal untuk tidak malas menulis. So, sekian dulu curhat hari ini.  :-)






Minggu, 21 Oktober 2012

Rumah Belajar PILAR

Games "Tinggi rendah"

Catatan Oktober 2012

Kali ini anak-anak diminta untuk berdiri dari yang paling tinggi ke paling rendah/pendek. Kelompok anak dibagi dua menjadi kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Nah, kelompok yang paling cepat berkoordinasi dan rapi, mereka yang menjadi pemenangnya.

Kelompok anak perempuan berbaris rapi




Catatan  Sabtu, 21 September 2013
Bulan ini ada 2 anak dari kleas Pra-Remaja yang berulang tahun, yaitu Peres (19 September) dan Luhut (21 September). Keduanya sama-sama berusia 12 tahun. Bedanya, Peres masih duduk di kelas 6 Sd, sementara Luhut sudah duduk di kelas 1 SMP.

Di pertemuan Sabtu itu, kami membuat perayaan kecil dengan kue ulang tahun. Dan semakin lengkap dengan listrik mati!!. Jadilah acara tiup lilin di tengah keremangan malam dengan lilin sebagai penerang. Untungnya, itu tidak mengurangi kebahagiaan kami. Luhut dan Peres sangat senang ketika memberikan potongan kue pertama mereka ke Opung. Mereka hanya menyuapi opung boru berhubung Opung Doli yang masih menjaga makanan karena sakit diabetesnya. Tetapi kami semua sangat senang merayakan ulang tahun tersebut dan berdoa untuk harapan mereka. Itu intinya. :-)
Peres memotong kue ulang tahun
Luhut, koq merem gitu ya? :-)
Di hari ulang tahun Peres dan Luhut, ku berdoa agar harapan dan cita-cita mereka dapat terkabul. Kesuksesanmu adalah kebahagianku, nak. Itu harapan seorang pendidik. Bless u


Selasa, 07 Agustus 2012

Surat buat Tuhan oleh anak murid PILAR

Catatan 3 Juni 2012

Pada bulan Juni ini, anak-anak mendapatkan tugas menulis surat buat Tuhan. Jika dibaca, akan tampak beberapa anak yang menulis curahan hatinya. Angel bercerita tentang kesedihan dan ketakutan telah ayahnya baru meninggal beberapa minggu yang lalu.

Beberapa surat yang dibuat oleh anak-anak, yaitu: Angel, Luhut, Luter, Indah, Ola, Riko.

Surat Angel (kelas 4 SD), dia baru saja kehilangan ayahnya yang meninggal belum lama ini.
Surat Riko ( kelas 1 SMP)

Surat Luhut (kelas 5 SD)

Surat Sere (kelas 1 SMP)

Surat Indah (kelas 5 SD)

Surat Nuel (kelas 3 SD)

Sabtu, 24 Maret 2012

Mula-mula merasa jijik..(belajar dari pembasuhan kaki)


Catatan kecil, 16 Maret 2012
(Catatan kecil ini dimaksudkan untuk menuliskan cerita-cerita khusus yang ingin dikenang dan juga sebagai upayaku untuk menulis cerita dengan baik. Kali ini catatan kecilku berkisah tentang anak-anak yang belajar dari Yesus yang mau membasuh kaki. Mereka belajar tentang rendah hati dan melayani. Tidak mudah mengajarkan hal tersebut tapi kali ini dicoba dengan "Pembasuhan Kaki")


Seperti biasa, hari Jumat sore mulai pukul 6 sore, kami memulai belajar seperti layaknya kelompok PA. Semakin banyak anak yang datang belajar di garasi kami ini. Dan, saat itu ada 27 anak yang hadir. "Semoga memang motivasinya untuk belajar," harapku dalam hati.
Hari itu memang tidak terlalu sibuk mempersiapkan atau memperbanyak kegiatan anak seperti biasanya. Menurut rencana, kami akan belajar tentang Yesus  membasuh kaki para murid. Mula-mula satu ember yang kusiapkan beserta lap handuknya. Sebelum bercerita, aku berperan seperti pembantu lengkap dengan celemek. Seketika anak-anak tertawa melihat penampilanku. “Ah, cuek aja, jalan terus, “pikirku.

Lalu kutanyakan ke mereka tentang apa yang dilakukan pembantu. Rasanya tak mungkin menanyakan siapa yang punya pembantu, atau siapa yang tau apa saja yang dikerjakan pembantu/hamba karena kehidupan ekonomi keluarga anak-anak itu cukup-cukup saja, bahkan kurang. Cukup kurang dan cukup pas, maksudnya. Mereka pun tentu sulit membayangkan pembantu/hamba. Kumulai dengan penjelasanku tentang pembantu dan tugas-tugasnya. Duh, kayaknya kurang ‘nendang penjelasannya. Kubandingkan, seorang raja yang biasanya mau dilayani dan orang yang melayani keperluannya, termasuk membersihkan kaki dalam tradisi orang Yahudi. Lalu aku tanya, adakah yang mau kalau orang harus membersihkan kaki tamu atau temannya yang datang? “Isssh, ‘gak maulah, kak”, hampir serempak mereka menjawab. “Enak ajalah dia” kata Peres. Lalu kutunjukkan gambar Yesus yang membasuh kaki para murid-Nya (gambar diambil dari buku Yesus Sahabatku dan Rajaku yang kususun dengan beberapa penulis). Kuceritakan tentang Yesus yang membasuh kaki para murid. 
Yesus memabsuh kaki-gambar dari buku Yesus Sahabatku dan Rajaku-Lentera Kasih


Kupanggil beberapa anak yang termasuk besar, termasuk Peres, Riko, Luhut. Kuminta mereka duduk di lantai dan kubasuh kaki mereka satu persatu. Sementara membasuh kaki, anak-anak lain berkata, “Isssshhh, bau-lah; enak kali orang  si Peres ya,” dan beberapa komentar lainnya dari anak-anak. Lalu, kuminta Peres, dkk memanggil teman-temannya yang ingin mereka basuh kakinya. Mereka  memanggil Nuel, Luter, Andika, dll. Setelah selesai, Luter, dkk  memanggil teman mereka yang belum dibasuh kakinya. Demikianlah semua anak mendapat giliran dibasuh dan membasuh  kaki temannya sampai akhirnya semua anak (termasuk anak kecil) mendapat giliran. Mula-mula beberapa anak tampak canggung, merasa jijik, ‘gak mau membasuh dan main-main (tidak serius). Tapi, lama kelamaan ada juga yang tampak kusyuk dan telaten membersihkan kaki temannya mulai dari lutut sampai ke jari-jari kaki.   
Semula mereka masih main-main, lama-lama mereka serius membasuh kaki temannya

Di akhir pertemuan, kutanyakan kembali apa yang mereka rasakan ketika membasuh kaki orang lain? Indah (kelas 5 SD) berkata:” Pertama-tama, gak mau kak. Ya, baulah kaki orang. Tapi kemudian jadi malu. Tuhan Yesus aja mau membersihkan kaki.” Risma (kelas 6 SD) mengatakan, “ Koq mau Tuhan Yesus membersihkan kaki orang ya?” Samuel (kelas 6 SD) , Pertama, gak mau kak, soalnya gak pernah” Rico (kelas 1 SMP), “ Jadi belajar seperti Tuhan Yesus, mau melayani.”


Buat mereka semua, ini pengalaman pertama bagi mereka membasuh kaki orang lain. Mula-mula bilang "Issssssssssh" waktu melihat pembasuhan kaki, lama-lama anak-anak itu jadi belajar tentang rendah hati dan melayani.

Belajar dari yesus untuk menjadi rendah hati dan melayani


Sabtu, 17 Maret 2012

(Lirik) Shymphony - Sarah Brightman


(Sarah Brightman Lyric)

I don't know what I'm supposed to say
When now suddenly you feel so far away
And you're not prepared to talk
And if you're now afraid to listen
Then I don't want to do this anymore

Oh I don't know which way that I should turn
Seems the more we love
The more we have to learn
And I keep staring into space
Like it somehow has the answer
So don't let the music end
Oh my darling

[Chorus:]
Symphony
It's gone quiet around us now
How I wish you would hold me
And that you never told me
That it's better if you leave
Look at the sun
We're starting to lose all of the light
Where we once burnt so brightly
Tell me we might be
Throwing it away

Well you don't know what you've got
Until it's gone
But then nothing ever hurt like holding on
I am scared and unprepared
And I feel like I am falling
So can you tell me
Where did we go wrong?

[Repeat chorus]

If everything is broken
Then it's better that we give up
And remember how we once had
Something beautiful

....................
Satu lagi lirik lagu kesukaanku. Logika, perasaan n realita-nya bisa bercampur dalam makna lagu ini. Cocok buat orang yang hubungannya lagu galau...hahahha. Cekidot.....