"Adik-adik, siapa yang bisa ingat cerita minggu lalu yang dibawain kak Vina?"
Semua berebut mengacungkan telunjuk. Tapi begitu ditanya eh .... diam!!!
Duh, terus terang aku maluuuuu banget sama kak Vina.
"Itu loh adik-adik yang ada hari pertama, kedua,sampai keenam."
Anak-anak mulai menjawab. Lambat-lambat.
"Oh, yang ada matahari yah Te (cat: anak-anak memanggil tante untuk guru sekolah minggu mereka)? Ada bulan, bintang, gitu?"
Harapanku mulai bertumbuh. "Iya adik-adik. Nah, siapa yang berani ke depan menceritakannya kembali yok??"
Tidak ada yang berani. Tapi di antara semua telunjuk yang teracung, Putra masih memasang muka serius. Dia adalah anak yang paliiiiing buandel sekali di Starban. Paling sering maen tangan, maen kaki, menggara-garain teman, suka cabut semaunya, iiiih ngejengkelin benar kadang-kadang. Tapi dia cakep loh hihihihi jadi kalo marahin Putra kita suka senyum sendiri.
"Ayo, dek, maju yok." Putra pun maju. Nah, kalau di kesempatan seperti ini nih dia baru tenang. Biasanya yang paling ribut sekarang cuma bisa menunduk.
Dan diam. Satu, dua, tiga...bah aku mulai tak sabar. Di luar langit sudah gelap. Ini harus dipercepat.
"Putra bisa ceritain apa yang jadi firman minggu lalu?"
"Ada ikan, ada burung,ada cakrawala (hebat dia bisa ingat kata itu), ada manusia"
"Trus?"
Diam. Diam. Diam...Beghhhh...Aku berpandangan dengan kak Vina. Aduh kak Vina...harap maklumin yah anak-anak Starban ini ...
Saatnya menyerah. Aku berdiri, bersiap menyelesaikan pertanyaan ini untuk Putra dengan memberi kilas balik cerita minggu lalu. Mana peraga sudah susah payah dikerjakan, naskah dicari ke mana-mana tapi yah....apa memang cerita itu tidak ada melekatkah sama mereka? Sediiih.
Ketika hendak angkat bicara, ucapan itu meluncur dari mulut Putra.
Diucapkan jelas, jernih.
Putra : " Cerita minggu lalu adalah...SEMUA YANG DIUCAPKAN ALLAH JADI"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Habis kata.
Pernyataan iman seorang Putra yang pasti menyukakan hati-Nya. Aku bahkan tertegur sendiri. Semua buku panduan kreatif sekolah minggu, cara menyampaikan cerita dengan baik, semua lewaaaat ketika seorang anak kecil membuka hatinya. Meski ia bandal sekalipun tidak boleha da kata menyerah dalam kamus seorang guru sekolah minggu. Sebab Dia yang turut mengerjakannya.
Aku merasa, sore semalam, aku yang jadi anak sekolah minggu, dan Putra yang menjadi gurunya..
Terima kasih Putra.
Terima kasih Bapa. Terucap JanjiMu. Terjadi KehendakMu.
Amin.
...................................
Gereja-nya Caroline memiliki pelayanan anak sekolah minggu di Starban yang diadakan setiap hari Selasa, pukul 06.00 sore. Wilayah Starban sendiri adalah pemukiman masyarakat kelas bawah dan umumnya didominasi kelompok keluarga ekonomi kecil, misalnya: penarik becak, pemulung dsb. Pada tanggal 26 Juli 2011, aku membantu Caroline dalam bercerita untuk anak-anak di sana. Tema yang kuambil adalah tentang "Allah Mencipta" dengan menggunakan metode bercerita Membaca Alkitab dengan Mata Anak.
|
Saat bercerita "Allah Mencipta" |
Pada minggu berikutnya, Caroline bertanya kepada anak-anak kilas balik cerita tersebut. Kisah di atas adalah tulisan Caroline tentang perasaannya pada saat anak-anak merespons cerita minggu lalu.Putra, salah satu anak yang termasuk suka ribut malah memberi jawaban yang mengagungkan. Ternyata, ia malah mengingat tema penting dari cerita tersebut. Seorang anak mampu mengingat hal mendalam dengan cara yang tak terduga. Mengangumkan