Kamis, 08 Maret 2012

Dialog Emosional antara Ephorus HKBP dengan masyarakat Batak di Frankfurt sekitarnya

Teman-teman,
Berikut ini tulisan yang diperoleh dari postingan seorang teman yang tinggal di Frankfurt, Fitzerald Kennedy Sitorus (Beliau pernah mengajar  di STT Jakarta untuk mk. Filsafat. Saat ini sedang menempuh studi doktoral di Frankfurt). Amat menarik mengikuti dialog tersebut, tetapi sekaligus menyedihkan. Sungguh pembelajaran buat kita untuk menjadi arif dan bijaksana ketika menjadi pemimpin dan jika kita memilih orang lain sebagai pemimpin. Saya sengaja mempostingkan tulisan tersebut dengan izin beliau.

Dialog Emosional antara Ephorus HKBP dengan masyarakat Batak di Frankfurt sekitarnya

Pada hari Senin (5 Maret 2012, pukul 19.00 waktu setempat) sebuah pertemuan antara komunitas Batak di Frankfurt dan sekitarnya mengadakan pertemuan dan diskusi dengan Ephorus HKBP, Pdt. Bonar Napitupulu, yang kebetulan sedang berkunjung ke Jerman. Ephorus Napitupulu didampingi oleh Kepala Biro Oikoumene, Pdt. Henry Napitupulu.

Dalam diskusi tersebut sejumlah pertanyaan kritis mengenai HKBP diajukan oleh para peserta, antara lain :
1. mengenai money politics terselubung melalui pembentukan Tim Sukses dalam proses pemilihan eforus,
2. pembelaan berlebihan yang dilakukan oleh pimpinan HKBP atas pendeta pelaku pelecehan seksual terhadap 19 siswa sekolah Bibelvrow di Laguboti,
3. penerimaan duit Rp 1 miliar oleh HKBP dari PT TPL (Inti Indorayon Utama) dalam rangka Pesta Jubileum 2011 lalu hingga
4. usaha konkret yang telah dilakukan oleh HKBP dalam membantu jemaatnya yang sedang mengalami penindasan dari kelompok2 tertentu, misalnya jemaat HKBP Filadelfia, Bekasi.

Forum ini seharusnya bisa menjadi kesempatan klarifikasi atau pemberian yang informasi yang benar kepada para simpatisan atau anggota HKBP yang berada di luar negeri, yang kebetulan mengikuti pertemuan tersebut.
Tapi hal itu tidak terjadi karena Ephorus Napitupulu justru menjadi marah dan sangat emosional setelah mendengarkan pertanyaan2 tersebut. „Yang Saudara ajukan itu adalah pernyataan2 yg meragukan integritas saya dan HKBP, bukan pertanyaan. Anda jauh-jauh merantau ke sini, tapi bertanya seperti orang tidak terpelajar,“ kata Ephorus sambil menyerang balik orang yang mengajukan pertanyaan. Ephorus justru mempertanyakan mengapa masyarakat Batak di Frankfurt dan sekitarnya percaya pd informasi yg hanya diperoleh lewat internet atau Facebook (tampaknya Ephorus ini belum menyadari bahwa sekarang umat manusia telah hidup dalam abad teknologi komunikasi yang canggih…) Kemarahan tersebut tentu menimbulkan keheranan dan tanda tanya bagi peserta pertemuan.

1. Ephorus mengatakan bhw tidak pernah ada money politics terselubung dalam proses pemilihan Ephorus HKBP, entah itu melalui pemberian fasilitas berupa biaya transportasi, biaya hotel, pemberian jas atau dasi kepada para pemilik hak suara. Tentu, orang yang mengetahui kenyataan sesungguhnya di lapangan bisa menilai apakah jawaban tersebut jujur atau tidak.

2. Ephorus mengatakan bhw tdk benar ada pelecehan seksual terhadap 19 siswa sekolah bibelvrow. Yang terjadi adalah, kata Eforus, Pdt Siman itu menyuruh siswi2 itu membuka baju mereka dan mengangkat rok mereka. Tapi siswi2 itu tidak mau. Karena itu tdk ada pelecehan, kata Eforus. Jawaban konyol ini menimbulkan protes dari peserta diskusi. Tindakan pendeta yang menyuruh siswa itu membuka baju dan mengangkat rok sudah merupakan sebuah pelecehan seksual. Pelecehan seksual tdk harus berupa kontak fisik. Karena itu Anda salah kalau berdasarkan fakta itu menyimpulkan tidak ada pelecehan, demikian peserta diskusi memprotes. Yang lebih aneh adalah komentar Ephorus yang mengatakan bahwa „tidak mungkin Pdt Siman itu kuat mengerjain 19 perempuan sekaligus, apa dia superman?“ Ini tentu pernyataan dengan pilihan kata2 dan logika yang sangat mengecewakan. Ephorus Napitupulu juga mengaku tidak pernah menyuruh siswi korban pelecehan itu menyusun tulisan yang berisi pendapat mereka mengenai Pdt. Siman. Yang saya suruh mereka tuliskan adalah apa sebenarnya yang terjadi saat itu. Napitupulu juga mengatakan bahwa rombongan calon Bibelvrow itu meminta2 ongkos pulang kepada Kapolres, ketika mereka melaporkan kasus itu kepada polisi (menurut Eforus, Kapolres memberi Rp 4 juta).

3. Ephorus juga menyatakan bahwa tidak pernah HKBP menerima duit 1 miliar dr PT TPL. „Sampai saat ini saya selalu menolak untuk berkhotbah atas undangan PT TPL,“ katanya.

4. Ephorus tdk menjawab dengan jelas apa usaha konkret yang telah dilakukan oleh HKBP untuk membantu jemaat seperti HKBP Filadelfia, Bekasi, dalam mengatasi penindasan yang mereka alami. Ephorus justru bicara berputar2 mengenai SKB 3 menteri, dan bahkan seakan2 menyalahkan jemaat yang terlalu bersemangat mendirikan gereja tanpa cukup mengindahkan peraturan2 terkait. Tampaknya HKBP memang tdk atau belum melakukan usaha yang konkret untuk membantu jemaat kecil seperti jemaat Filadefia itu.

5. Ephorus justru mengaku, berkaitan dengan pertanyaan nomor 1 dan 3, banyak sekali fitnah dialamatkan kepadanya. Katanya, ada sekitar 16 selebaran gelap dan 3 buah buku yg ditulis dengan maksud mencemarkan nama baiknya. Dia juga mengatakan bahwa ia baru akan menanggapi fitnah itu setelah ia nanti pensiun sebagai eforus.
Dialog yang diwarnai dengan marah-marah itu akhirnya membuat sejumlah orang yang masih menyimpan pertanyaan mengurungkan niat mereka untuk mengajukan pertanyaan, karena suasana menjadi tidak menarik lagi untuk berdialog. Respon yang emosional itu justru membuat peserta pertemuan meragukan kebenaran tanggapan2 yang diberikan beliau. Sungguh disayangkan.

(Silahkan lihat postingan status Fitzerald Kennedy Sitorus untuk lebih lengkapnya.Terima kasih)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar