Cinta untuk Ayah, Bapak, Papi, Papa
Warisan kehidupan dari Ayah
Penulis: Martha Hutahaean
Ilustrasi: Martha Hutahaean
Penerbit: Penerbit Buku Kompas Gramedia
Isi/Ukuran:122 halaman; 19 cm x 19 cm
ISBN: 978-602-412-669-8
Cetakan: 2019
Kutipan dari sampul belakang
.....Buku ini adalah ‘’gambar hidup’’
tentang hubungan anak perempuan dengan ayah mereka sejak kecil hingga ayah
berpulang. Torehan tinta di dalam buku ini mengguratkan memori bersama ayah,
penuh makna, isnpiratif, dan membantu kita berefleksi tentang ayah kita
masing-masing.
**
Buku ini termasuk buku yang menarik dan sangat khas dalam mengungkapkan
cinta dan penghormatan. Buku yang bercerita tentang kenangan akan seorang ayah,
papa, bapak, papi dari sembilan anak perempuan (Martha, Imelda, Nina, Erika,
Tassia, Lisa, Ima, Christine dan Amelia) yang kini telah dewasa.
Tambahan kata
pengantar dari Ika Natasha yang turut membagikan kisah tentang Entu, panggilan
untuk ayahnya menambahkan warna kenangan itu.
Kenangan itu ada yang berbentuk pengalaman lucu, menyenangkan, sedih, gembira
sekaligus lucu dan tak terlupakan bagi anak perempuan meski sang ayah sudah
berpulang... Menariknya kisah-kisah itu dituangkan tidak hanya dlam bentuk
tulisan, tetapi dalam bentuk gambar-gambar yang lucu dan menarik.
Buku ini adalah sebentuk cinta yang dituangkan dalam tulisan oleh anak
perempuannya untuk ayahnya. Kisah ini bisa menginspirasi setiap orang untuk
bisa mengingat kembali hubungan anak-ayah, dan entah ayahnya sudah berpulang
atau masih ada.
Ada kisah Martha dan papa yang nonton telenovela yang sama,
melakukan hobby yang sama yaitu senang berenang. Bahkan ada tutorial membuat mie instan masah kuah buatan
Papa.
Bapak yang selalu menomor
satukan kepentingan keluarga di atas
semuanya, jujur dan berintegritas, punya sifat keras yang kemudian lama baru
mengetahui tujuan sikap keras Bapak di mata Imelda. Yang masih mau
memainkan piano dengan musik-musik klasik kesayanagan Bapak, seperti Bach, Bethoven, Chopin meski bapak
telah berpulang.
Nina mengenang Papa yang senang olahraga, termasuk tenis
dan basket. Papa yang selalu memberikan oleh-oleh yang isinya banyak saat baru pulang
dari tugas ke luar negeri. Papa senang membuatkan mama secangkir kopi, bahkan
tahun-tahun terakhir Papa serig membuatkan jus murni buat mama.
Erika seorang anak perempuan yang kini mempunyai 8 cucu ikut
berbagi cerita. Ia mengingat Bapak yang mempunyai tugas yang sama dengannya, yaitu
mengisi minyak tanah di lampu petromak dan lampu templok untuk dipakai sebagai
penerangan di malam hari.
Tassia seorang jurnalis yang sangat sering
dimaklumi Papanya, misalnya saat foto keluarga, semua dengan sikap sempurna,
eh, Tassia malah memasang posisi tangan metal, serta perbuatan-perbuatan aneh
dan ajaib lainnya. Dan Papa hanya menggeleng dan menggeleng. Papa juga selalu
membanggakan anak perempuannya yang sering mendapat tugas liputan kepresidenan
kepada orang lain, yaitu teman, sanak keluarga.
Ada Lisa dan Papa
yang selalu belanja bulanan berdua dengan Papa. Ia mengenang Papa yang suka
memuji masakan mama, sering memeluk dan mencium mama, yang menerapkan
peraturan "boleh pacaran kalau sudah bisa mencari duit sendiri". Papa
masih menyimpan selembar uang gaji pertama Lisa yang tersimpan di dompetnya dan
ditulis ‘gaji Lisa’ di uang itu. Uang itu ditemukan di dompet saat Papa sudah
berpulang.
Ima memiliki hobi yang sama dengan Papanya yaitu suka
tanaman, suka membaca majalah Tempo dan Gatra, memilihkan dasi buat Papa,
menemani Ima kecil belajar. Papa juga memberi pertaturan "nggak boleh pulang
malam" Papa tak segan membantu mama mengerjakan pekerjaan rumah. Ima masih mengingat
berbagai nasehat Papa.
Christine dan Papa yang perfeksionis. Ciri khas Papa dengan minyak
wangi disemprot dari atas ke bawah, bahkan sapu tangannya tak ketinggalan disemprot
minyak wangi. Papa sering mengajak keluarga untuk makan-makan di luar. Bahkan ada cerita saat itu Christine
yang saat itu dijambret, tangan kanannya patah. Sebelum dibawa ke RS, papa
memblur tangannya dengan minyak tawon) padahal statusnya saat itu sudah jadi
ibu yang punya anak mahasiswa).
Amelia yang senang melihat papinya manortor/tortor.
Papinya cepat terharu seperti Michael Landon, Papi yang ramah dan perhatian
kepada saudara, tetangga, teman bahkan orang-orang di pasar, mau memberikan
apapun dan itu semua diusahakan ada dalam segala keterbatasannya. Yang menyedihkan
adalah Amelia tidak sempat melihat Papi saat terakhir kalinya karena susah
mendapat tiket pulang dari Perancis. Ia berjanji kepada Papi untuk menjaga,
merawat dan mendidik anak semata wayangnya.
Baik Papa atau Bapak mereka umumnya menunjukkan perhatian kepada mama.
Suka memberikan pujian kepada mama, suka memluk dan mencium. Dan, mereka
menceritakan bapak yang berpulang karena sakit.
Pada halaman 51, jadi ingat dulu masih kecil aku dan adikku dan
sepupuku suka memanjat pohon jambu di depan rumah kalau Bapak‘’nggak dirumah.
Dan kalau suara Vespa Bapak mulai
kedengaran, kami langsung meluncur turun pohon, bergerak cepat mengutip
daun-daun yang rontok supaya tidak ketahuan kami baru memanjat pohon. Setelah
itu langsung lari masuk ke kamar, pasang mode on pura-pura bobok siang....zzz...zzz 😁
Dan membaca kisah-kisah ini membawaku pada kenangan akan Bapak yang
setahun lalu pergi. Tentu nasihat dan pengajaran seorang ayah akan kita ingat
dan kita bisa ketahui maksudnya setelah Bapak pergi.😢
Tidak ada komentar:
Posting Komentar